THAILAND. Ini adalah negara keempat yang kami singgahi dalam rangkaian perjalanan kami ke
lima negara, kenapa di bilang lazy? Soalnya kami punya waktu yang cukup selama
di Bangkok, setelah di tiga negara sebelumnya kejar-kejaran sama jadwal bis dan
pesawat, ga punya waktu istirahat yang cukup. Jadi, hari pertama kami tiba di
Bangkok, yang mana jam 1 dini hari baru sampai hostel, dan kebetulan
dengan kasur yang super nyaman, kami puas-puasin istirahat 😊 Baru
siap sarapan jam 10 pagi, dan baru keluar main habis dhuhur, hheeuheu. Sedikit tentang penginapan kami, sudah saya ceritakan disini.
Grand Palace |
Mulai menyusuri kota Bangkok
Bangkok ini kota yang cukup ramah ya menurutku, meski bahasanya tidak ku mengerti, apalagi tulisannya, tapi untuk tujuan wisata, sudah pasti ada petunjuk bahasa inggris. Dan kalau naik kapal juga ada yang Tourist Boat, yang mana pemandunya menjelaskan dengan bahasa inggris dan lokasi-lokasi berhentinya juga merupakan titik-titik wisata. Jadi ga perlu takut kalo ga ngerti bahasa mereka, untuk keperluan wisata, infonya cukup banget kok. Di tempat transportasi umum, tempat wisata, hostel, tempat belanja, rata-rata bisalah pakai bahasa inggris.
Yaa, hari pertama karena kami sososan langsung jalan, masih clueless,
dan males lebih tepatnya. Meski saya sudah tau ada stasiun dan dermaga dekat
situ, tapi anak-anak bilang grab aja, orang berlima ini, secara harga sama
saja. Dua kali nyoba pakai grabcar, drivernya selalu bisa bahasa Inggris dan
malah udah kayak tourguide kita, jelasin tentang kota Bangkok sambil jalan 😊 Tujuan pertama kami adalah grand palace, tapi
ternyata lagi tutup karena lagi ada acara. Dan kami disarankan untuk kembali
lagi besok, itupun pagi hari karena siangnya akan dipakai acara lagi. So, kami
lanjut ke tujuan kami selanjutnya yaitu Wat Arun.
Wat Arun
Salah satu tempat favorite, berbeda dari kuil yang lain dengan warna putih dan detail hiasan keramik warna warni. Yup, and it is considered as one of the most beautiful temple in Bangkok. Cukup ramai dan banyak pengunjung, kalau mau sepi mungkin bisa datang early morning, before the crowd lah yaa.. Seperti biasa kami berpencar setelah
sebelumnya menyepakati waktu dan titik kumpul.
Wat Arun a.k.a The Temple of The Dawn |
Wat Arun (The Temple of The Dawn)
is located on riverside and it
has very different design to the other temples, it is encrusted with colourful
porcelain. Ada beberapa menara
di kuil itu, atau juga disebut prang (menara
bergaya Khmer). Menara utama terletak di bagian tengah dengan ketinggian kurang
lebih 70 meter.
Saya berdua dengan Dima memutuskan untuk explore Wat Arun ini sama-sama kurang lebih satu jam. Kami menaiki menara utama yang terletak ditengah dan juga menara yang paling besar dan tinggi. Banyak tangga-tangga yang bisa kita naiki dari berbagai sisi, tapi hati-hari ya, namanya juga naikin tangga. Dari tiap level, kita bisa mengelilingi bangunan kuil ini, bisa melihat lebih detail hiasan-hiasan porselain berwarna-warni dan tersusun dengan rapi. Di sudut-sudut tertentu, banyak traveler yang sibuk berfoto, termasuk kami.
Terlihat lebih jelas detail hiasan pocelainnya yang berwarna-warni |
Hari mulai sore, kami kembali ke titik kumpul yang telah kami sepakati sebelumnya. Sepuluh menit menunggu, teman-teman kami yang cowo2 tidak juga nampak,
perlu menunggu beberapa menit lagi hingga mereka terlihat tapi kok dari arah
tempat jualan yaa.. Ternyata oo ternyata, mereka lapar dan makan duluan. Okeee, bhaiqq. Akupun dahaga, akhirnya kami
memutuskan ke tempat jualan dan beli minum. Sempet lihat beberapa barang-barang
seperti sandal, baju, dompet dan pernak-pernik lain. Yang jualan mulai dari
orang Thailand dan beberapa Chinese, dan mereka bisa bahasa Melayu dongs!
Melihat muka-muka kami, dikira mahasiswa dari Malaysia. Mulai menawarkan
barang-barang yang katanya harganya murah-murah, bahkan sempet liat kaos-kaos
yang bahkan dikasih harga pakai Rupiah! Iyhaa lho rupiah, dan boleh ditawar
pakai rupiah juga. Seratus ribu dua. Sayangnya aku tak tergoda.
Jalan lagi ke beberapa toko,
teman saya kepincut buah tangan berupa berbagai souvenir kecil untuk adiknya. Dan satu temen saya lagi kesengsem gelang-gelangan untuk dirinya sendiri, dan satu lagi excited banget liat berbagai macam notebook kecil untuk pacarnya. Saya? Liatin aja deh, belum ada yang menarik. Dan
lagi-lagi, si Bapak penjualnya berbahasa Indonesia dan menawarkan murah-murah,
heemm, kadang malah jadi ga percaya aku tuu, belum ditawar ko bilang muraa..
*tipikal emak-emak yang gapuas kalo ga nawar Tapi pada kenyataannya ku lebih
suka beli yang harga pas sih, tanpa tawar, asal pas. HA HA HA.
Kami kesana pada siang hari yang pas agak terik-teriknya, bagusnya langit pada hari itu sedang sangat cerah, biru yang benar-benar bersih dari awan, seperti kesukaan. Oya, meskipun Wat Arun merupakan Temple of The Dawn, tapi banyak yang bilang kalau mengunjungi Wat Arun itu lebih indah saat sore, cz it has stunning sunset! terlebih saat menjelang malam. Kalau saya lihat review-reviewnya sih begitu. Sempet liat beberapa gambarnya juga dan emang bagus! Biasanya, rutenya memang dari Grand Palace, Wat Pho, kemudian baru nyebrang ke Wat Arun. Tapi apa daya, pada saat kesana Grand Palace sedang tutup, jadi jalan-jalan naik perahu dulu menyusuri Chao Phraya hingga berakhir di Wat Arun dulu.
Wat Arun |
Benar-benar indah, kan? |
Entrance Fee: 50 Baht
Open : 08.00 – 17.30
Wat Pho
Dari Wat Arun, kami melanjutkan perjalanan ke Wat Pho, ini cuma nyebrang
sungai. Naik kapal penyebrangan yang tiketnya seharga 4 atau 5 Baht (lupa lagi,
maap). Kuil yang juga disebut The Temple of Reclining Buddha ini, didalamnya terdapat patung Buddha tidur berlapis emas yang ukurannya cukup besar
dengan panjang 46 meter dan tinggi sekitar 15 meter, sedang kaki dan matanya
berlapis mutiara. Wat Pho ini juga terkenal sebagai pusat pengobatan dan pijat terbaik
di Thailand. Ga ada salahnya kalau mau mencoba :x
The Reclining Buddha |
Saat disana, saya memperhatikan ada beberapa orang yang menaruh koin ke kaleng
yang berjajar sambil berjalan. Ternyata pengunjung juga bisa melakukannya,
teman kami mencoba, ia menukarkan 20 Baht dan petugas memberikan segenggam
koin, entahlah, mungkin tidak dihitung dapat berapa keping. Kemudian ia berjalan
sambil make a wish, sambil memasukkan keping-keping koin ke dalam kaleng. Tidak
harus satu-satu, terserah tiap kendi itu mau diisi berapa. Mitosnya, katanya,
kalau koin itu habis saat di kaleng terakhir niscaya harapan kita akan terabu.
Entah, ini mitos yang konon katanya berkembang disana.
Teman saya yang mencoba memasukkan koing ke dalam kaleng yang berjajar |
Open : 08.00 – 17.00
Keluar dari Wat Pho |
Grand Palace
Grand Palace |
Ini dia landmark yang paling terkenal di Bangkok, yang rasanya ga akan lengkap
tanpa berkunjung kesana. Yes it is! The dazzling Grand Palace. Dibangun mulai tahun 1782 pada masa pemerintahan
Raja Rama I dan sempat menjadi tempat tinggal raja selama kurang lebih
150tahun. Ada banyak bangunan disini dengan arsitektur yang indah, termasuk
didalamnya Wat Phra Kaew atau juga disebut
The Temple of Emerald Buddha.
Kami berksempatan untuk mengunjungi Grand Palace di hari kedua. Kami berangkat jam 8 pagi dari hostel, kali ini kami naik perahu dari Sathorn Pier dan turun di pelabuhan Maharaj Pier, dari sana jalan kaki aja sudah dekat kok. Tapi rupanya hari itu ramai sekali, mungkin karena kemarin tutup dan hari itupun akan buka setengah hari saja, jadi pengunjungnya bertumpu-tumpuk. Dari mulai tempat membeli tiket aja udah terlihat ramai, apalagi pas mendekati pintu masuk, Yhaa Gusti.. Mau tau ramainya seperti apa? Ini..
Mengantri di pintu masuk setelah membeli tiket |
Di dalam lokasi Grand Palace |
Karena keadaan ramai sekali bahkan tiap sisinya penuh sekali manusia,
soo.. kami melipir-melipir aja di pinggir, sesekali berfoto. Sedang sebenarnya
arsitektur dan hiasan grand palace ini bagus banget dan mewah, tempatnya luas
jadi sebenarnya banyak yang bisa di explore, tapi ya karena saking ramainya,
jadi beberapa foto yang dapat kami ambil ya atap ke atas aja.
Kami pun disana tidak begitu lama karena itu hari Jum’at, rekan kami
yang laki-laki mau jumatan. Jadi jam 11 kami keluar dan mencari masjid.
Alhamdulillah ada yang deket, cukup jalan kaki aja sekitar 1,2km. Tidak jauhlah
itu bagi kami, dan masjidnya juga mudah ditemukan. Alhamdulillah.
Asiatique
Asiatique Pier |
Setelah dari Grand Palace, kami ke Asiatique, dengan moda transportasi yang sama dan menjadi favorite kami, naik perahu. Selain karena isis (sejuk karena angin), pemandunya berbahasa inggris, perhentiannya jelas dan hanya ditempat-tempat wisata, tentu saja juga karena anti macet, ngga kena macet jalanan seperti yang biasa kami hadapi kalau naik grabcar. Hehe. Dan kalau ke Asiatique ini emang not recommened if you go there by taxi due to the traffic. Alias jalan kesana tu macet.
Ini jadi tempat favorite saya juga. Bagus buat hunting foto, banyak
café-café fancy, tempat oleh-oleh yang menarik (saya dapat beberapa souvenir
lucu disini) dengan harga yang lumayan terjangkau tapi dapet yang kualitas
lumayan bagus, ada arena bermain, dan ada juga wisata kuliner extreme. Teman
saya waktu itu mencoba makan kalajengking dong, dan jadi tontonan orang-orang 😊
Kalajengking |
Selain itu yang saya suka, waktu kesana itu langit sedang biru cerah
bersih banget, birunya bagus banget. Dan sunset disitu juga tak kalah indahnya.
Teman saya yang sempat mengabadikan momen ketika saya dan temen cewe
belingsatan belanja sana sini *padahal cuma dapat sehelai pouch, cermin dan tas
kecil. Oiya, shopin recap juga pernah saya tuliskan dalam post tersendiri disini.
Tempat saya beli pernak pernik, yang jual baik dan berbahasa inggris. Masih muda. Katanya orang Myanmar. |
Dan lagi-lagi, keunggulan hostel kami yang dekat Sathorn Pier itu
adalah, ada Free Boat dari dan ke Asiatique ini yang beroperasi sampai jam 11 malam. Jadi pulangnya gratis! Lumayan
kan, padahal kalo sekali jalan naik tourist boat itu 40 Baht lho, ngga peduli
turun dermaga mana.
Sebenarnya Asiatique ini night market, jadi memang ramainya pas malam. Tempatnya sendiri baru buka jam 5 sore, sedang boat yang menuju kesana juga baru ada mulai jam 4 sore kalau tidak salah. Resto-resto fancy, berbagai macam kuliner, belanja souvenir, kerajinan tangan, macam-macam pernak pernik perhiasan sampai pakaian. Semua ada.
Sunset di Asiatique |
Menunggu Free Boat yang akan membawa kami kembali ke Sathorn Pier |
Perjalanan pulang |
Fresh coconut ~ |
Asiatique |
Di jalan nemu Princess Terrace |
Chinatown
Chinatown |
Disini cukup ramai dan ternyata tidak begitu menarik, akhirnya ngga
makan juga karena susah nyari yang halal. Atau salah lokasi mungkin, karena
maksud saya mau cari pernak-pernik, tapi nyampainya ke tempat makanan. Tempatnya so-so, biasa aja dan dari sekian lokasi yang kami datangi, kayaknya ini yang kurang berkesan dan cenderung ke menyesal, ngapain sih jauh-jauh sampe sini? Hemm.
Etapi
setidaknya, malam itu saya dapat es krim, dan temen dapat mango sticky rice,
daaan.. harus banget, DUREN! Yang akhirnya kami makan di McD dekat hostel, sepulang dari Chinatown. Keluar mall dikit, langsung deh serbu duren! Saya dan rekan saya
yang satu, sama-sama ga suka duren. Bedanya saya masih bisa deket-deket dan
gapapa nyium baunya dikit-dikit, sementara temen saya satunya udah auto menjauh
dan tutup hidung. Yang tiga orang? Makan udah kayak makan buah surga duniawi,
meniqmati dan niqmat sekali memang kelihatannya! Ekspresi yang sama kayaknya
seperti ketika saya makan krupuk, hemm. *Jauh feniii…
Tuk-tuk Thailand |
Chatucak Weekend Market
Hari terakhir kami berangkat siang lagi karena agendanya cuma ke
Chatucak, berbelanja oleh-oleh. Weekend market yang menurut saya paling recommended untuk belanja, karena selain tempatnya luas, pilihannya banyak, tentu saja harganya bisa lebih murah. Saya dan teman-teman memang mengagendakan kesini, barangkali ada yang mau beli sesuatu untuk keluarga, pacar atau teman. Soalnya saya sendiri tipenya tidak begitu suka belanja disetiap tempat yang dikunjungi ya, bikin lama, jadi mending menyediakan waktu khusus untuk belanja biar gak random (yaampun, belanja aja direncanain). Kecuali pas di Asiatique, karena masnya baik and got the feeling like, sepertinya ga akan menemukan benda itu di Chatucak, e, ternyata salah, Kalau lebih sabar sedikit saja, semua itu ada di Chatucak. WKWKWKWK
Maafkan kami, sibuk berkeliling meski ga banyak belanja. Tak sempat ngambil foto, sekalinya ngambil foto yha saat santai makan siang bersama burung-burung ini. |
Ini juga salah satunya yang membuat kami
menaruh Bangkok menjadi negara terakhir sebelum transit Singapore, bakal beli
oleh-oleh (bagi yang ingin) Kalau saya sih ingat-ingat aja cuma bawa satu buah
backpack Deuter Futura 30L, no baggage, yang artinya bawaan maskimal ya 7Kg
saja. HA HA HA. Chatucak ini cuma buka saat weekend yaa, tempatnya lumayan ramai tapi
tak sepadat saat di Grand Palace, percayalah, waktu itu kayaknya saya apes
banget, waktunya ga pas, udah kaya lautan manusia. Kami kesana kali ini naik
kereta, karena itu yang paling mudah. Ini letaknya ga ada deket-deketnya sama
Chao Phraya, jadi ga bisa naik kapal juga, jauh. Dari Saphan Taksin Station, tiketnya
sekitar 40 Baht.
Sebenarnya di Chatucak ini banyak sekali pilihan belanja, berbagai souvenir harganya bervariasi tapi masih standar, tinggal pinter-pinter
nawar aja. Modelnya juga ga beda-beda jauh, sama aja. Kecuali ada beberapa toko
yang sepertinya punya brand sendiri, bagus kualitasnya kalau saya liat-liat
dari bahan dan modelnya, bagus juga kok harganya. Dan bener deh, makin masuk ke
dalam itu banyaak banget macem barang-barangnya segala peralatan dapur pun juga
ada. Tempatnya luas, ya bener-bener kaya pasar, dengan lorong-lorong petak
kecil.
Saya juga liat sana sini, tawar sana sini, tapi masuk kedalam ya kadang
ada yang lebih murah. Ohiya, saya sempet beli sling bag kecil dan pouch, yang
toko itu lumayan murah-banget sih malah. Entah supplier atau apa. Pouch isinya
10 harganya 100baht. Padahal kalau di toko lain 100 cuma dapat 3. Hemm.. Ahh, yang jelas shopping recap saya ada disini yaaa..
Hebat ya 30L bisa muat segini banyak. Ehh, aku nambah bawa satu sling bag deng, hehe. Tapi ini ga semua dari Chatucak sih.. Link disini |
Setelah puas belanja yang ternyata cuma dapet beberapa perintilan doang,
kami bertemu ditempat yang telah kami sepakati. Hari itu juga sunggu panas
sekali, dan kami mulai lapar. Kami memutuskan untuk berpencar lagi cari
makanan-karena yang cowo-cowo lagi-lagi, mereka udah beli makanan duluan T.T
Beruntung di dalam pasar tadi saya dan temen sempat melihat sebuah warung yang
ada label halalnya, yang jualan sepertinya orang melayu. Kami beli nasi + ayam
seharga 20 Baht yang kami bungkus dan kembali ke titik kumpul, halah. Kemdian
makan dan ternyata itu enaak dong 😊 Alhamdulillah. Hari itu berakhir dengan bawaan
tentengan belanjaan, perut kenyang dan kaki yang cukup mulai pegal-pegal,
wkwkw. Kami kembali ke hostel sore hari untuk melanjutkan perjalanan kami.
Heading to the next country, Singapore 😊
Bonus
River Boat Route
Memulai hari dengan mengapal~~ |
Di hari pertama setelah mengetahui Grand Palace sudah tutup, sebenarnya
kami mengambil boat tour, ini karena
ada bapak-bapak yang nawarin tuk-tuk terus katanya bisa naik kapal dari sana ke
Wat Arun. Lha rupanya itu ada semacam tour ala-ala gitu, entah saya lupa harganya
berapa. Perjalanan singkat itu dimulai dari dermaga kecil dekat Grand Palace, mengitari
rumah-rumah penduduk yang diatas air terus kurang lebih setengah jam (termasuk
nunggu giliran lewat karena ada rute yang buka-tutup) hingga akhirnya sampai di
Wat Arun, itupun ternyata kami yang harus bayar biaya kapal sandar 30Baht ☹ Entahlah, lagi
apes aja paling. Tapi yhaa lumayan lah yaa..
Meengantri kapal lewat karena di depan, jalurnya lagi ditutup, hemmm |
Bangrak Bazaar – Night Market
Bonus karena penginapan kami pas didepan Bangrak Night Bazaar. Jadi tiap
malem depan hostel kami yang semula sepi jadi mendadak pasar kaget. Ada banyak
sekali kuliner, jajanan, buah-buahan, pakaian, sendal, sepatu.. Banyaklah disana.
Kalau malam kami suka lewat dan jalan-jalan doang karena lagi-lagi, makan malam
kami berakhir di Mekdi ☹ Nyobain McFlurry berbagai rasa XD
McFlurry yang rasanya kayak es doger *yakali* |
What you need to prepare before you
go :
- - Passport and ID Card
- - Portable Wifi IDR 580.000 for 7 Days (Connected 5 devices)
- - Camera and all chargers
- - Universal Adaptor
- - Cash (Bangkok: THB) and of couse, CC/Debit for sure 😊
- - Notes, if you still love the old stuffs like writing on paper notes