4. Taman Bungkul
Hari kedua, setelah kondangan sebenarnya saya ingin ke Museum Mpu Tantular yang letaknya dekat dengan lokasi pernikahan teman saya, tapi, karena saya satu mobil barengan dengan yang lain, jadi ga bisa bebas mampir sesukanya. Dan disana tidak ada uber, atau grab atau go car atau go jek, jadi saya gatau bagaimana cara pulang sehingga saya putuskan ikut kembali ke Surabaya saja. Teman saya sih berhenti di CiTo alias City Of Tomorrow, tapi saya sama sekali tidak berminat ke Mall mengingat di Jakarta mall aja udah bejibun T.Tlagi-lagi, anak-anak di Surabaya suka sekali main air mancur |
Ada bunderannya, kayak di bawah perahu ISI solo tapi lebih gede. Letaknya di pusat kota, Jl Darmo, pasti semua tau deh, ngehits banget katanya tu jalan, dan hotel Darmo itu katanya terkenal ahhaha |
tempat duduk unik yang dari kemaren dipakai berdua-duaan, percayalah saya sendirian tapi tidak apa apa kok |
Masjid dan malam Ki Ageng Bungkul |
Ki Ageng Bungkul adalah seorang nayaka (keramat) kerajaan majapahit yang sangat tinggi ilmunya (kejawen) yang kemudian menjadi mertua Sunan Giri. Beliau sering berkonsultasi dengan Sunan Ampel mengenai masalah agama Islam sehingga kemudian masuk agama Islam. Ki Ageng Bungkul aslinya bernama Ki Supa, seorang ahli pembuat keris dari Tuban yang semula diminta oleh raja Brawijaya dari Majapahit untuk membuatkan sebilah keris yang bagus. Akan tetapi rupanya keris buatan Ki Supa kurang berkenan dihati raja Wijaya. Ki Supa yang merasa tugasnya telah selesai kemudian kembali pulang. Di perjalanan beliau tertarik pada tempat Bungkul hingga akhirnya menetap di tempat tersebut sampai dengan wafatnya. banyak orang yang berziarah ke makam Sunan Giri, singgah ke makam Ki Ageng Bungkul. (sumber)
ini saya yang sendiri, percayalah, saya BAKOH! |
pokoknya patung sura dan bayanya di seberang itu deket air mancur hahaha *air mancur lagi* |