Aku menulis cerita ini dengan riang, menceritakan pengalaman menyenangkan,
ditemani GTC favorite dan seorang teman, tapi entah kenapa, ketika ku baca lagi, cerita ini kok ada malah jadi sedih. Maafkan.
Sabtu, 24 Maret 2018.
Pagi itu aku sedang tidak sholat, dan entah mengapa saat itu rasanya malas sekali hingga bangun agak siang. Aku membuka mata, beberapa saat mencari handphone yang ku letakkan entah dimana, kemudian membaca beberapa pesan di aplikasi WhatsApp. Ada yang menarik disitu, seseorang yang mengulangi kalimatnya beberapa hari lalu "Fen, jadi ke Surabaya?" Aku baca, tapi aku masih terlalu mengantuk jadi aku memutuskan untuk memejamkan mata lagi. Dua jam kemudian, ponselku berdering, orang yang sama lagi dan ia menegaskan bahwa ia sedang dalam perjalanan kereta ke Surabaya (dari Jember).
Entah apa yang melesat dipikiranku saat itu, aku membuka aplikasi pemesanan tiket online, mengecek penerbangan hari ini dari Halim ke Surabaya, sedikit menimbang-nimbang, tapi entah kenapa pada saat itu terbesit "Oke, aku akan ke Surabaya!" Mungkin aku harus kabur sebentar dari keriuhan Jakarta, dan saat itu aku juga tidak memiliki acara apapun, tidak ada rencana apapun, meski itu adalah hari ulang tahunku. Dan kamarku terasa penuh sesak sekali saat itu, kurasa tidak akan baik jika aku terus-terusan mengurung diri disitu.
Aku tak pernah merayakan ulang tahun. Di keluargaku, hari ulang tahun adalah seperti hari-hari biasa, tidak spesial, tidak ada yang perlu di rayakan. Waktu kecil, aku pernah iri karena teman-teman seusiaku ultang tahunnya dirayakan, aku sering diundang, tapi aku sendiri tidak pernah mengadakan perayaannya, tidak pernah didandani paling cantik, tidak pernah dibelikan kue, tidak pernah dinyanyikan panjang umurnya serta mulia. Tapi itu tidak apa-apa, saya tidak ambil pusing.
Sampai akhirnya pernah sekali waktu aku dipestakan ulang tahun, sepertinya ulang tahun ke tujuh dengan kue berwarna biru seharga lima puluh ribu tahun itu (saat itu di Papua, 1999). Aku memakai baju warna biru juga. Tapi entah mengapa saat itu aku tidak terlalu senang, kok rasanya biasa saja. Semenjak itu, tak perlu lah aku buat-buat pesta seperti itu lagi. Unfaedah kalo orang sekarang bilang. Jadi, tidak pernah lagi aku mengingat atau merayakan. Pernah waktu tahun 2010, usia 18 sore hari pas beli makan di depan kontrakan, disiram air cucian piring di tanggal lahirku. Ku anggap bukan perayaan, itu pembullyan T.T Disaksikan seluruh umat kontrakan, dan kontrakan depan. Aduh, aku ngelantur kejauhan.
Aku melihat tiket Citilink dari Halim ke Juanda Surabaya, paling cepat 17.00, itulah yang kubeli. Saat itu jam 12, aku memutuskan habis dhuhur akan mampir sebentar ke kantor. Ada pekerjaan yang harus kubereskan. Entah kenapa, di hari libur otakku terasa lebih lancar. Karena itu sepi, dan aku suka. Suasana yang nyaman untuk bekerja, bagiku. Urusan pekerjaanku pun selesai dengan cepat. Pukul 3 sore, aku memutuskan berangkat ke bandara. Dari kantorku lumayan dekat, bisa naik ojek tidak sampai setengah jam. Ku taruh laptop dikantor, aku berangkat dengan hanya berbekal baju di badan, satu tas backpack mini 16L berisi kamera, dompet, botol minum dan kamera, dan aku cuma pakai sandal jepit. Ringan dan santai, padahal itu perjalanan menempuh jarak ratusan kilometer. Entah, saat itu aku hanya ingin pergi seringan mungkin, tanpa beban apapun.
Setelah check-in bandara dan berada di ruang tunggu, aku memutuskan membelikan diriku satu cup Green Tea Cream Frappucino favoriteku. Ahh, jadi ingat setahun yang lalu. Sama persis, disini, di Halim, aku juga sedang menunggu penerbangan dengan maskapai yang sama, hanya saja tujuannya berbeda. Dulu, aku pulang ke Solo, sekarang, aku ke Surabaya untuk suatu alasan yang aku sendiri belum tau apa. Kenapa sampai bisa memutuskan begitu? Apa memang hanya karena ajakan seorang teman? Atau, memang aku sedang mencari pelarian dari kejadian yang terus-terusan menghantui aku ini. Aku butuh lari, aku harus lari, aku harus pergi kemanapun itu. Aku tak boleh terkungkung sendiri di kamar itu terus, bisa bisa aku mati, pikirku. Ahh, ku seruput lagi GTC favoriteku itu. Setidaknya, agak melegakan. Tuhan, tolong hentikan air mataku ini. Sungguh aku tak bisa mengendalikannya sama sekali.
Satu setengah jam berlalu, penerbangan yang ku jalani tanpa terpejam sedikitpun. Air mata sibuk mengucur, aku tambah tak bisa tidur. Satu-satunya doaku adalah, semoga saat landing nanti, air mataku sudah berhenti.
Aku tiba di Juanda. Aku mencari toilet dan langsung mencuci muka, memakai lagi beberapa make up untuk menutupi semuanya. Mataku sembab, tapi mungkin itu karena mengantuk, anggap saja begitu. Aku menuju arrival hall, aku bukan pertama kali ke Juanda, tapi saat itu aku lelah sekali, aku mengikuti saja orang-orang yang berjalan. Awalnya aku merasa aneh, kok lewat counter imigrasi? Tapi ga ada orangnya, okelah, ku pikir, mungkin untuk jam ini mereka tau kalau kedatangan domestik, jadi ga ada yang jaga. Lewat customs, aku juga merasa aneh, tapi mereka jalan santai saja. Ya sudah aku ikut. Dan sampai keluar, di paling pojok dekat atm center. Sementara, temanku tadi berkata "Kamu keluar, langsung belok kanan, cari Malang srtudel, aku menunggumu disitu. Kedatangan 1B. Jangan sampai ke ATM Center" Aku melongo ke kanan, sudah ATM Center. Duh, kayaknya salah. Ya, dan memang salah. Aku merutuki diriku sendiri, kenapa aku bisa seceroboh itu? Bagaimana bisa aku biasa saja lewat imigrasi dan customs padahal aku kedatangan domestik. Bodoh, pikirku. Seharusnya aku tidak lewat imigrasi tadi, itu benar kedatangan internasional. Harusnya aku belok kiri, bukan belok kanan. Aku ingin menertawai diriku sendiri, tapi sudahlah, biar, aku terlalu lelah. Aku malas berpikir dan langsung saja jalan ke kedatangan 1B, dimana temanku ada disitu.
Dan! Aku melihatnya dari kejauhan, sedang sibuk menelepon, ahh, pasti meneleponku!! Hahahaa. Saat itu juga, aku merasa senang. Dan aku akan bersenang-senang. Sejenak, aku bisa melupakan semuanya. Aku berlari menuju kearahnya, ah, tapi ku tau, pasti dia lari dan tak mau dipeluk.. Dan saat dia mengelak, terlihat olehku seseorang berbaju kuning, seseorang yang ku kenal sebelumnya! Yaaa!! Dan dia bisa dipeluk!! Hahaha... Mbak Ratih!!! Kami pernah bertemu sebelumnya ketika saya main ke Banyuwangi dan kami melakukan pendakian Gunung Ijen bersama, untuk melihat blue fire. Sayangnya, saat itu sangat berkabut, bau belerang dan asapnya sangat tebal, mengganggu penglihatan dan pernafasan kami. Tidak dapat blue fire, tapi lumayan dapat view Kawah Ijen.
Malam itu, di mobil Mbak Ratih kami bercerita banyak, melepas kangen dan update keadaan terkini. Apa yang sedang kami kerjakan, bagaimana kabar kami, apa hobi yang sedang kami tekuni, buku yang sedang kami baca dll. Kemudian, sudah kubilang kan, aku lapar, lalu kami menuju ke sebuah warung makan dekat rumah Mbak Ratih, dekat Masjid Agung. Makan seafood. Ada satu hal yang menarik perhatianku, sebuah teko berwarna perak di atas meja. Awalnya ku kira itu tempat minum, ternyata untuk cuci tangan. Kurasa itu aneh, tapi.. lucu juga. Setelah makan, kami langsung menuju AirBnB paling spesial di Surabaya : Rumah Mbak Ratih. Benar saja, ada kamar lumayan luas. Kasur yang empuk. Selimut yang nyaman. Ada AC. Kamar Mandi. Semua yang kamu butuhkan hampir semua ada. Dan lebih malah. Tapi kelebihannya adalah yang salah satu aku takuti : Kucing! T.T
Aku tidak membenci kucing, sama sekali tidak. Aku hanya takut pada mereka. Ada satu kejadian saat aku kecil yang membuatku trauma, tapi tidak, tak akan kuceritakan pada kalian. Cukup aku dan satu orang di dunia ini yang tau, tak akan kuceritakan lagi meski kau bertanya. Malam hari aku terbangun dan ingin ke kamar mandi, aku bahkan berteriak kaget ketika menemukan kucing itu ada di depan pintu, namanya Mia. Ia berbulu tebal berwarna abu-abu, ku akui dia sangat lucu. Cantik. Terawat. Tapi untuk difoto saja, tidak untuk di-uyel-uyel. Malam berlalu dan aku tidur dengan nyaman meski kemalaman. Tak apa, aku bisa bangun agak siangan karena belum sholat.
Sudah, cerpennya sampai sini saja. Selanjutnya, aku akan bercerita seperti biasa.
Paginya, saya mandi, membersihkan diri. Berganti pakaian dan dandan. Tujuan pertama kami adalah Mie Gadjah Mada yang terletak di Sidoarjo. Kami bertiga menuju kesana sekitar jam 10 pagi dari rumah, jalanan saat itu lancar. Meski Mbak Ratih beberapa kali mengeluhkan itu sebagai jalanan termacet ketika hari kerja. Kami parkir di pinggir jalan, saya melihat sekeliling. Banyak pertokoan. Kata Mbak Ratih, kami harus menyeberang lewat zebra cross. Lewat jalur yang benar, katanya, kalau ada apa-apa kita bisa nuntut karena jelas kita yang benar. Kami berjalan menuju sebuah warung makan kecil, kelihatannya, kalau dari luar. Aku membaca tulisan kecil didepannya "Come in, We're OPEN" serta sticker besar bertuliskan label "Halal"! Saya mencobanya, mie gadjah mada spesial untuk siang itu. Mie ayam dengan jamur, pangsit dan bakso, siang itu memenuhi perutku. Jangan tanya soal rasanya padaku, ku bilang itu salah satu mie ayam paling enak yang pernah saya coba. Percayalah.
Kami meluncur ke sebuah mall bernama City Of Tomorrow, katanya, sepertinya ngehits meski tidak terlalu besar seperti TP (Tunjungan Plaza). Ramai, kesan pertamaku. Dan, seperti biasa, mall yang buat nyari tempat parkirnya susah dan lama. Setelah mengantar Mbak Ratih sholat dhuhur, kami langsung masuk mall. Mbak Ratih harus bertemu dengan asesornya, membahas soal pekerjaan yang aku kurang mengerti. Jadi aku putuskan berjalan-jalan di mall itu, sekalian saja kalau ada barang entah baju entah sepatu atau tas yang saya suka, sayangnya gak nemu. Lalu aku memutuskan mencari kaos kaki, mengingat penerbangan malam dan sekarang saja kaki saya sudah lumayan kedinginan. Lalu kami meyusul Mbak Ratih ke lantai dasar, ke sebuah cafe yang dinamakan Rollaas Cafe, yang cukup sulit dicari karena kami harus beberapa kali bertanya. Melewati tempat pijat-pijat refleksi, hypermart, tempat bermain anak, dan macam-macam toko lainnya, hingga sampai ke pojok dimana Rollaas itu berada. Kami langsung menuju area non-smoking, bertemu Mbak Ratih dan memesan makan dan minuman. Membunuh waktu.
Mbak Ratih selesai dengan pekerjaannya, kami melanjutkan perjalanan. Ditengah jalan kami mampir ke Taman Pelangi, yang saya tidak tahu bagaimana taman ini bisa disebut taman pelangi. Katanya sih, kalau kesana malam, akan kelihatan lampunya menyala-nyalakan warna-warni pelangi. Ahh, oke, saya mulai menikmati. Seperti Mbak Ratih yang senang sekali memotret bunga-bunga di taman itu. Beberapa waktu kami habiskan disana, mendapat banyak foto bunga sampai akhirnya kami secara random menuju ke lokasi selanjutnya : North Quay.
Saya belum pernah kesana. Ketika Mbak Ratih menyebutkan nama tempat itu, itulah kali pertama saya mendengar nama Surabaya North Quay. Saya bertanya tapi tak terjawab. "Lihat saja nanti" Itu yang mereka katakan. Kami melaju terus ke utara, ke arah perak. Ternyata, menuju kantornya Mbak Ratih. Saya ikut masuk ke kantornya, ada beberapa rekan kerjanya yang masuk. Sedikit menyapa kemudian kami naik ke atas, dan ternyata, disana ada sebuah pemandangan di tepi pelabuhan. Saya bisa melihat kapal-kapal yang sandar, atau baru mulai jalan. Lautan yang luas, langit yang mulai kemerahan demi melepaskan matahari yang ingin kembali ke peraduan. Ada keramaian disana, pengunjung banyak yang datang. Mungkin untuk mengabiskan sore, mungkin untuk menikmati sunset, mungkin juga untuk sekedar melepas penat. Bagi saya, ini ketiganya. Masuk lagi ke dalam gedung, di lantai ini ada banyak jajanan. Minuman, jajan-jajanan sampai makanan berat ada. Saya sendiri memilih thai tea saja. Itu yang saya suka. Itu yang manis. Itu yang bagiku tidak enek. Itu juga yang bagiku bisa bikin agak kenyang, sementara kedua temanku memilih air mineral.
Hari sudah mulai malam, selepas sholat maghrib kami kembali melanjutkan perjalanan, yang terakhir hari itu adalah : menuju ke bandara. Aku akan kembali ke Jakarta. Perasaan hatiku saat itu berkecamuk. Sementara aku merasa bebas, sementara aku merasa lepas, beberapa saat aku merasa sedih, sementara aku merasa senang, sedikit pula terasa getir aku harus kembali ke tempat yang sepi. Aku takut, bayangan itu akan mengejarku lagi. Aku takut ia akan menyerang dan menyakiti aku lagi. Aku takut, tapi aku berusaha menenangkan diri. Cukup pelarianku kali ini, aku masih ditemani di bandara, begitupun saat aku tiba di Jakarta. Akan ada temanku disana, akan ada teman yang mengantarkanku pulang sampai di kost malam itu. Aku sedikit tenang. Lebih tenang karena air mata sudah berhenti.
Menjalani hari yang super random membuatku percaya-tidak-percaya, bahwa aku dengan mudahnya bersandal jepit bangun tidur memutuskan untuk menempuh perjalanan Jakarta-Surabaya tanpa mempersiapkan apa-apa. Sendiri. Mungkin itu perjalanan singkat, tapi dari situ aku bisa belajar banyak hal. Berbicara, bercerita dan bertukar pikiran dengan mereka, melihat sudut pandang mereka benar-benar membuka pikiranku, seperti menelusuri sesuatu hal dari sisi yang lain, benar-benar berbeda, rasanya, seperti refresh pikiran. Hal-hal seperti ini harus sering-sering, menurutku, sejenak melupakan diriku yang sendu. Aku harus bisa bersenang-senang. Aku harus senang.
Tuhan, terima kasih. Aku senang hari itu. Aku senang sampai saat ini. Semoga sampai besok dan besoknya lagi.
Tentang PutriPetry
Cerita ini berawal dari chat random dari seseorang yang juga random, kalau tidak ada chat itu, maka tidak akan ada perjalanan ini, tidak ada pula post yang ku tulis ini. Dan orangnya adalah, yang berjilbab biru itu. Namanya Putri, panggilannya Petri. Nama lengkapnya cari sendiri. Katanya, kalau browsing namanya di Google, bisa sampai ke blog saya ini. Ya, memang pada kenyataannya aku sudah banyak menceritakannya dalam perjalanan random ke Kuala Lumpur, pertama kalinya saya ke luar negeri, sendiri. Yah, itulah dia, perjalananku dengannya itu perjalanan random. Begitu juga orangnya.
Tapi pada perjalanan ke Kuala Lumpur agak lebih tertata, senin dia bilang, rabu aku beli tiket. Tapi perjalanan ke Surabaya ini, saya bangun tidur langsung beli tiket. Entah orang macam apa ini. Orang yang perkataannya bisa saya percaya, bisa saya andalkan. Saya melihat sendiri usahanya untuk memenuhi apa yang ia katakan. Bahkan jika tak mampu dipenuhinya, dia akan benar-benar menyesal dan berusaha memperbaikinya dikemudian hari. Maka ketika ia bilang ke Surabaya, maka itu bukan bercanda *kayaknya. Dan cuma orang ini yang bisa membuat saya serandom ini. Cuma satu manusia ini bernama PutriPetry (ini nama akunnya, coba cari di instagram atau twitter, you'll find her).
.
Orang yang mengaku cuek, tapi saya tidak pernah melihatnya sebagai orang yang cuek. Justru sebaliknya, ia orang yang paling peduli, bahkan pada hal kecil sekalipun. Dia orang yang sangat peduli. Kau mau bertemu dengannya kawan? Hubungi aku, nanti aku kenalkan. Kebetulan dia juga masih jomblo dan butuh pendampingan. Jadi, kalau kalian nyasar ke postingan ini karena mencari nama Putri Petry, Selamat! Kalian menemukan tulisan yang tepat!
Aku tidak membenci kucing, sama sekali tidak. Aku hanya takut pada mereka. Ada satu kejadian saat aku kecil yang membuatku trauma, tapi tidak, tak akan kuceritakan pada kalian. Cukup aku dan satu orang di dunia ini yang tau, tak akan kuceritakan lagi meski kau bertanya. Malam hari aku terbangun dan ingin ke kamar mandi, aku bahkan berteriak kaget ketika menemukan kucing itu ada di depan pintu, namanya Mia. Ia berbulu tebal berwarna abu-abu, ku akui dia sangat lucu. Cantik. Terawat. Tapi untuk difoto saja, tidak untuk di-uyel-uyel. Malam berlalu dan aku tidur dengan nyaman meski kemalaman. Tak apa, aku bisa bangun agak siangan karena belum sholat.
Sudah, cerpennya sampai sini saja. Selanjutnya, aku akan bercerita seperti biasa.
Paginya, saya mandi, membersihkan diri. Berganti pakaian dan dandan. Tujuan pertama kami adalah Mie Gadjah Mada yang terletak di Sidoarjo. Kami bertiga menuju kesana sekitar jam 10 pagi dari rumah, jalanan saat itu lancar. Meski Mbak Ratih beberapa kali mengeluhkan itu sebagai jalanan termacet ketika hari kerja. Kami parkir di pinggir jalan, saya melihat sekeliling. Banyak pertokoan. Kata Mbak Ratih, kami harus menyeberang lewat zebra cross. Lewat jalur yang benar, katanya, kalau ada apa-apa kita bisa nuntut karena jelas kita yang benar. Kami berjalan menuju sebuah warung makan kecil, kelihatannya, kalau dari luar. Aku membaca tulisan kecil didepannya "Come in, We're OPEN" serta sticker besar bertuliskan label "Halal"! Saya mencobanya, mie gadjah mada spesial untuk siang itu. Mie ayam dengan jamur, pangsit dan bakso, siang itu memenuhi perutku. Jangan tanya soal rasanya padaku, ku bilang itu salah satu mie ayam paling enak yang pernah saya coba. Percayalah.
Mie Gadjah Mada |
Mie Gadjah Mada |
Rollaas Cafe |
Taman Pelangi |
Perjalanan dalam mobil Mbak Ratih |
Hari sudah mulai malam, selepas sholat maghrib kami kembali melanjutkan perjalanan, yang terakhir hari itu adalah : menuju ke bandara. Aku akan kembali ke Jakarta. Perasaan hatiku saat itu berkecamuk. Sementara aku merasa bebas, sementara aku merasa lepas, beberapa saat aku merasa sedih, sementara aku merasa senang, sedikit pula terasa getir aku harus kembali ke tempat yang sepi. Aku takut, bayangan itu akan mengejarku lagi. Aku takut ia akan menyerang dan menyakiti aku lagi. Aku takut, tapi aku berusaha menenangkan diri. Cukup pelarianku kali ini, aku masih ditemani di bandara, begitupun saat aku tiba di Jakarta. Akan ada temanku disana, akan ada teman yang mengantarkanku pulang sampai di kost malam itu. Aku sedikit tenang. Lebih tenang karena air mata sudah berhenti.
Menjalani hari yang super random membuatku percaya-tidak-percaya, bahwa aku dengan mudahnya bersandal jepit bangun tidur memutuskan untuk menempuh perjalanan Jakarta-Surabaya tanpa mempersiapkan apa-apa. Sendiri. Mungkin itu perjalanan singkat, tapi dari situ aku bisa belajar banyak hal. Berbicara, bercerita dan bertukar pikiran dengan mereka, melihat sudut pandang mereka benar-benar membuka pikiranku, seperti menelusuri sesuatu hal dari sisi yang lain, benar-benar berbeda, rasanya, seperti refresh pikiran. Hal-hal seperti ini harus sering-sering, menurutku, sejenak melupakan diriku yang sendu. Aku harus bisa bersenang-senang. Aku harus senang.
Selamat Bertambah Usia, untuk diriku.
Selamat menjalani usia yang baru.
Semoga tambah kebaikanmu.
Semoga hari-hari kedepan diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.
Selamat berkurang jatah usia hidupmu, kau harus berusaha lebih giat lagi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, dalam segala hal yang kamu bisa
Semoga yang terbaik yang kamu harapkan akan segera datang
Semoga pedih dan sedihmu sirna, berganti kebahagiaan yang lama
Aaamiiin
Tentang PutriPetry
Cerita ini berawal dari chat random dari seseorang yang juga random, kalau tidak ada chat itu, maka tidak akan ada perjalanan ini, tidak ada pula post yang ku tulis ini. Dan orangnya adalah, yang berjilbab biru itu. Namanya Putri, panggilannya Petri. Nama lengkapnya cari sendiri. Katanya, kalau browsing namanya di Google, bisa sampai ke blog saya ini. Ya, memang pada kenyataannya aku sudah banyak menceritakannya dalam perjalanan random ke Kuala Lumpur, pertama kalinya saya ke luar negeri, sendiri. Yah, itulah dia, perjalananku dengannya itu perjalanan random. Begitu juga orangnya.
Tapi pada perjalanan ke Kuala Lumpur agak lebih tertata, senin dia bilang, rabu aku beli tiket. Tapi perjalanan ke Surabaya ini, saya bangun tidur langsung beli tiket. Entah orang macam apa ini. Orang yang perkataannya bisa saya percaya, bisa saya andalkan. Saya melihat sendiri usahanya untuk memenuhi apa yang ia katakan. Bahkan jika tak mampu dipenuhinya, dia akan benar-benar menyesal dan berusaha memperbaikinya dikemudian hari. Maka ketika ia bilang ke Surabaya, maka itu bukan bercanda *kayaknya. Dan cuma orang ini yang bisa membuat saya serandom ini. Cuma satu manusia ini bernama PutriPetry (ini nama akunnya, coba cari di instagram atau twitter, you'll find her).
.
Orang yang mengaku cuek, tapi saya tidak pernah melihatnya sebagai orang yang cuek. Justru sebaliknya, ia orang yang paling peduli, bahkan pada hal kecil sekalipun. Dia orang yang sangat peduli. Kau mau bertemu dengannya kawan? Hubungi aku, nanti aku kenalkan.