Sunset Di Senggigi
Sabtu, Desember 30, 2017
Well, ini juga perjalanan lumayan lama, sekitar 2 bulan lalu ketika saya mengikuti salah satu rangkaian peringatan Hari Oeang yang dirayakan oleh Kemenkeu RI, salah satu rangkaian acaranya adalah Kemenkeu Mengajar, akan saya ceritakan dalam post tersendiri. Cerita sedikit, untuk Kemenkeu Mengajar tahun 2016 sudah pernah saya bagikan disini. Bedanya, tahun lalu saya ikut di Kota Denpasar, Bali, sedangkan tahun ini saya ikut di Pulau Gili Gede, Lombok.
Hari setelah mengajar di Gili Gede, kami kembali ke Mataram. Tapi penerbangan saya masih esok harinya dengan penerbangan sore. Jadi, saya memutuskan untuk singgah di Lombok dulu, dan pilihan saya jatuh pada Senggigi. Selain karena memang terkenal sunset-nya, lokasinya juga tidak terlalu jauh dan banyak pilihan homestay yang cukup murah disana. Saya tinggal di Murni Homestay, IDR 190k kalau booking di Traveloka. Review homestaynya di akhir post yaa.,
.Setiba kami di Mataram, saya singgah di rumah rekan saya, Kak Adit untuk mengambil koper yang saya titipkan disana. Setelah itu, saya bersiap ke Senggigi. Karena di Lombok sudah ada Uber dan Grab, jadi cukup mudah saja untuk menuju sengigi. Tinggal klak-klik dan booking via Grab, sudah datanglah Grab Car kerumah teman saya, tinggal naik. Costnya kalau dari rumah teman saya itu sektiar IDR 70k sampai homestay tempat saya menginap.
Hal yang pertama kali kami inginkan tentu saja untuk dapat melihat Sunset di Sengigi. Sempat beristirahat sejenak setelah checkin, saya memutuskan untuk menyewa motor. Penjaga homestaynya masih muda, baik dan informatif. Saya menyewa motor juga dari mas ini. Tinggal dia telfon temennya dan beberapa menit kemudian sebuah motor matic sudah terparkir di halaman homestay lengkap dengan helm yang siap kami pakai. Harga sewanya IDR 75k/24jam. Jadi kalau pinjam mulai hari ini jam 5 sore, berarti balikinnya besok jam 5 sore juga.
Berdasarkan info yang didapat setelah bertanya-tanya sama mas-mas penjaga, akhirnya kami disarankan main ke pantai dekat Kila Senggigi, ini nama salah satu hotel disana. Tapi bukan berarti masuk hotelnya XD, cuma masnya bilang masuk di jalan yang ada plang Kila Sengigi, nanti disana ada pantai, biasa orang cari sunset salah satunya disana. Well, langsung aja saya kesana dengan kendaraan yang telah disewa. Letaknya tidak begitu jauh dari homestay, lantas, disana kami cuma membayar biaya parkir. Dan benar saja, sunset disini lumayan indah. Saya bilang lumayan karena sepertinya cuaca sedang mendung saat itu, dilanjutkan dengan hujan yang cukup deras. Well, tapi saya selalu suka bau pantai disana. By default, pantai itu indah.
Hujan yang memaksa kami segera pulang ke homestay, bebersih, beberes dan istirahat lagi sejenak, setelah isya, kami pun siaaap hunting wisata kuliner. Berbekal tanya lagi sama mas penjaga, teman saya direkomendasikan salah satu warung sate bulayak di Pasar Seni, kebetulan letaknya dekat, kami pun mencoba kesana. Lagi-lagi, sayang, ternyata warungnya sudah tutup. Bukan karena kemalaman, tapi kata orang memang sedang tidak jualan beberapa hari ini.
Perjalanan kami lanjutkan berbekal google, kami dapat satu lagi rekomendasi tempat makan pinggir jalan, reviewnya sih lumayan banyak. Pinggir jalan, menghadap kepantai. Lokasinya sekitar 15 menit dari pasar seni, arah utara. Tempatnya tidak begitu luas, tapi kok ramai sekali ya, hmm, sepertinya enak. Teman saya tetep kekeuh, nyari sate bulayak , nah kalo saya sih masih menu favorite ya : ikan bakar ajah! Terbaikk!
Pardon me, yang gabisa ambil foto dengan bagus |
Hujan yang memaksa kami segera pulang ke homestay, bebersih, beberes dan istirahat lagi sejenak, setelah isya, kami pun siaaap hunting wisata kuliner. Berbekal tanya lagi sama mas penjaga, teman saya direkomendasikan salah satu warung sate bulayak di Pasar Seni, kebetulan letaknya dekat, kami pun mencoba kesana. Lagi-lagi, sayang, ternyata warungnya sudah tutup. Bukan karena kemalaman, tapi kata orang memang sedang tidak jualan beberapa hari ini.
Perjalanan kami lanjutkan berbekal google, kami dapat satu lagi rekomendasi tempat makan pinggir jalan, reviewnya sih lumayan banyak. Pinggir jalan, menghadap kepantai. Lokasinya sekitar 15 menit dari pasar seni, arah utara. Tempatnya tidak begitu luas, tapi kok ramai sekali ya, hmm, sepertinya enak. Teman saya tetep kekeuh, nyari sate bulayak , nah kalo saya sih masih menu favorite ya : ikan bakar ajah! Terbaikk!
Pas dateng makanannya, duh, yummy banget keliatannya ikan bakar saya ini. Nah, yang punya temen saya agak zonk, dikasihnya nasi dan sate, padahal yang bikin sate bulayak itu bulayak adalah lontohgnya, bulayak. Yang dibungkus pakai janur muda tapi bukan ketupat, bentuknya kayak lontong. Selain itu, bumbu kacangnya juga beda, kayaknya pakai santan *cmiiw ya kalo ada orang lombok yang baca. Sambalnya selalu mantapp! saya suka banget dahh, Heehe, but overall, ntah kenapa, saya selalu suka makanan indonesia yang di wilayah timur, bagi saya enak enaaaak semuwaaa!!! Papeda aja enaknya mintak ampun, apalagi ikan ekor kuningnya!!! Maknyusss... *malah tekan papua.
Well, setelah semalam hunting-hunting makanan, akhirnya besok pagi saya harus pulang ke Jakarta. Pesawat saya jam 1.30 siang, means dari Senggigi paling tidak jam 10an, nyari aman. Karena rasanya ditinggal pesawat itu syaaakiittttt....
Tapiii, sebelum itu, pagi-pagi sekali saya memutuskan kembali ke pantai dulu, mandi, main air. Sekitar jam 6 sudah di pantai, masih sepi, hanya ada beberapa orang. Bebas main air dan berenang di laut. Eh, nggak deng, temen saya yang berenang,
ku bangun pagi, lalu ku lari ke pantai |
Well, in the end of this post, sesuai janji di awal, mau review dikit tentang Murni Homestay yang saya tempatin satu malam selama di Senggigi. Jadi saya pesan homestay itu berdasarkan rekomendasi teman saya, yang udah booking duluan. Jadi biar bareng saya booking juga. Saat itu dapat harga IDR 190k/malam. Saat saya datang kesana dengan grab car, cuma bisa anter sampai pinggir jalan, karena ternyata itu masih masuk dan gangnya cukup sempit, mobil gabisa masuk. Tapi petunjuknya sangat jelas kok, mudah sekali ditemukan. Jalan kurang lebih 200meteran kali ya. Sampai disana, pas pertama kali masuk, langsung liat sekitar ada 5 kamar berjajar. Nah disalah satu pintunya udah ditempel kertas bertuliskan "Welcome, Feni Fauziah... " dengan kunci pintu sudah tergantung disana. Wah, humble juga ya. Belum juga checkin, tapi pas ketemu mas penjaganya, dia bilang, langsung masuk aja mbak gapapa. Kalau mau kopi/teh bilang aja sama saya, nanti saya buatin. Well, okay. Untuk sarapan pagi juga tinggal bilang sama masnya, kalau waktu itu sih saya dibuatin indomie goreng telur, terniqmat hqq lah favorit bocah zaman now.
Welcome message.
|
Room. No AC. No TV. Kipas dan Angin Cendela pun jadi. |
Handuk ada, alat mandi seadanya juga ada. |
sorry for this annoying photo XD |
2 comments
indah banget, jadi pengen kesana, liat sendiri
BalasHapusharus!!! you won'te regret!!!!
Hapusmari meninggalkan jejak :)