[REVIEW] Notes from Qatar 3 by Muhammad Assad

Senin, Juli 09, 2018

Buku ini bukan punya saya, kebetulan ada teman titip mengembalikan ke teman kantor dan akhirnya saya pinjam dulu, baca sekilas sih sepertinya bukunya bagus dan memotivasi. Kalau kita baca-baca review di goordreads, kurang bagus ya ratenya. Apalagi bagi para pembaca Notes From Qatar (NFQ) 1 dan 2, katanya NFQ 3 ini sama dengan membaca NFQ 1 dan 2 ditambah foto-foto narsisnya penulis, isinya 70% sama dengan NFQ 1 dan 2, ada juga yang bilang beberapa udah baca di blognya. Ya kan emang buku itu berasal dari tulisan-tulisan di blog Assad. Heuheu. Nah, tapi karena saya belum pernah baca NFQ 1 dan 2, jadi belum terkontaminasi lah ya, dan saya akan mulai mengulas NFQ 3 saja :))


Muhammad Assad, penulisnya, membagikan pengalaman selama ia kuliah S2 di Hamad bin Khalifa University, Qatar dengan beasiswa penuh dari Qatar Foundation, sebuah organisasi non-profit yang dimiliki oleh Emir Qatar, His Highness Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani dan diketuai oleh istrinya, Her Highness Sheikha Moza bint Nasser. Visi dan misi QF adalah meningkatkan daya sainf dengan cara membangun sektor pendidikan, teknologi dan pemberdayaan komunitas. Assad mempelajari bidang Islamid Finance, dengan fasilitas terbaik dan tentu saja tenaga pengajar yang telah lama menekuni bidang islamic finance, seperti Prof. Monzer Kahf, Prof. Tariqullah Khan, Prof. Rodney Wildon, Prof. Tariq Ramadhan, Prof. Jasser Auda dll. 

Tagline NFQ 3 ini adalah Dream, Do, Deliver!  yang bisa diturunkan menjadi Dream+Do=Deliver. Hidup tanpa mimpi akan membuat kita tersesat, terlalu banyak mimpi tanpa berusaha hanya akan membuat kita berjalan di tempat. Jika kita mempunyai mimpi yang besar dan mau berusaha untuk mewujudkan mimpi itu, maka akan memberikan hasil yang sangat dahsyat. (NFQ 3 hal.3)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri yang mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd[13:11) 
"... Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf[12]:87)

Perjalan selanjutnya dalah pelajaran demi pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman Assad selama menempuh studi di S2 nya, tentang pantang menyerah, selalu berjuang, memanfatkan kesempatan, bagaimana melihat sisi positif dari berbagai masalah yang dialami, juga tentang kepemimpinan yang dipelajari dari tokoh-tokoh yang ia temui, seperti Pak Jusuf Kalla, Rachmat Gobel, Bob Sadino dll.
"Siapa yang berbuat kebaikan, baginya adalah pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang berbuat kejahatan, tidaklah diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. Al-Qashash[2]:84) 
"Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalannya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan." (QS. Al-Anám[6]:160)

Ada salah satu hal yang menarik yang saya baca, yaitu tentang Adversity Quotient (AQ). Di awal abad ke 20, kita mengenal Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan pertama kali oleh psikolog asal Perancis, Alfred Binet. Kemudian dikembangkan oleh Lewis Terman dari Stanford University. Seiring perkembangan zaman, ternyata IQ hanya menyumbang sekitar 20% dalam kesuksesan. Kecerdasan yang kedua yaitu Emotional Quotient (EQ), merupakan jenis kecerdasan yang mampu mengidentifikasi, mengelola serta mengendalikan emosi diri sendiri dan kemampuan memahami kondisi orang lain. 

Seiring berjalannya waktu, ternyata IQ dan EQ saja tidak cukup, contohnya Hitler yang merasa seperti Tuhan dan bertindak otoriter serta membantai jutaan kaum manusia. Kemudian ditemukan jenis kecerdasan yang ketiga yang bernama Spiritual Quotient (SQ) yang diperkenalkan oleh Danah Zohar. SQ adalah kecerdasan yang mengarah kepada keyakinan mendalam akan adanya hal lain di luar akal manusia dan berfungsi sebagai suatu kontrol atas apa yang dilakukan. 

Ada orang cerdas secara intelektual (IQ), pandai bergaul dan mengendalikan emosi (EQ) serta memiliki pemahaman yang baik atas agama yang dianutnya (SQ) namun ternyata tetap gagal karena tidak kuat bertahan dalam iklim yang keras serta penuh persaingan. Mereka yang sanggup bertahan dan menaklukan segala tantangan adalah mereka yang memiliki satu jenis kecerdasan terbaru yang bernama Adversity Quotient (AQ). Konsep ini diperkenalkan oleh Paul Stoltz, Ph.D. AQ.

AQ adalah kecerdasan yang diperoleh seseorang seseorang setelah mengalami kesusahan dan kegetiran hidup. Orang-orang yang memiliki kecerdasan AQ akan mengubah segala rintangan dan tantangan dalam hidupnya menjadi sebuah kesempatan. Jadi, untuk menghadapai zaman yang serba pelik ini, kita harus membekali diri kita dengan kecerdasan otak, kecerdasan emosi, kecerdasan agama, dan kecerdasan dalam mengahadapi tantangan hidup.

Pada zaman dahulu, Nabi Muhammad adalah contoh yang memiliki kecerdasan AQ yang sangat tinggi. Rasulullah berjuang selama 23 tahun untuk menyebarkan agama Islam dengan tantangn yang luar biasa besarnya. Cacian, makian, hinaan, bahkan ancaman pembunuhan sudah seperti makanan sehari-hari. Tapi beliau terus berjuang sampai akhirnya islam berjaya.

Assad juga berbagi tentang sedekah, mengajak kita untuk bersedekah dan mengingatkan kita akan pentingnya sedekah "Bersedekahlah agar kamu diselamatkan Allah dari api neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma" (HR. Bukhari) "Kalian belum mendapatkan kesempurnaan sebelum menyedekahkan apa-apa yang dicintai." (QS. Ali Imran [3]:92)

"Apabila anak cucu Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan"(HR. Muslim)
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)" (QS. Al-Baqarah[2]:261)

Overall, buku ini cukup bagus dibaca, banyak nilai-nilai positif yang dapat kita ambil. Banyak pelajaran dan cerita-cerita dari pengalaman hidup Assad yang dapat kita ambil sebagai pelajaran, juga tentang perjalanannya dia bertemu orang-orang hebat, dan cerita-cerita yang ia sajikan untuk memperkuat value yang dibagikan. It's a good book. Shout out 4 of 5 star!

You Might Also Like

0 comments

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe