Kali ini saya akan bercerita tentang sesuatu yang sedikit berbeda, yaitu pengalaman saya menjalani operasi pengangkatan keloid yang sudah sejak lama bertengger di tangan kiri saya yang baru saya jalani sekitar seminggu yang lalu. Awalnya itu adalah luka saat saya kelas 1 SMP terjatuh dari motor, hemm, saya nabrak dan jatuh ke kiri dan terseret di aspal kurang lebih beberapa meter *ngilu sendiri kalo diinget2*. Ada luka di lutut, bahu, dan pergelangan tanan kiri. Nah, rupanya di pergelangan kiri ini yang cukup dalam dan karena saya punya bakat keloid, jadilah muncul keloid itu di tangan kiri. Dari dulu, saya biarkan aja karena tidak mengganggu aktivitas, tidak sakit, ya, hanya tonjolan daging biasa.
Mengapa sampai akhirnya memutuskan diangkat? Melalui operasi pula? Nah, jadi keloid ini beberapa bulan terakhir ternyata tumbuh dan tambah membesar, awalnya sih saya cuek aja tapi temen-temen banyak yg notice, "eh kok itu tambah besar ya?" baru saya mulai perhatikan dan ternyata iya. Jadi kalo saya liat foto saya jaman dulu ini keloidpaling 1-2 cm, nah sebelum operasi itu sekitar 3-4cm dan mulai menarik-narik kulit sekitar. Dan, kadang gatal (wajar sih), nah yang mengganggu itu pertumbuhannya dan rasa nyerinya. Jadi, suka kadang tiba-tiba nyeri, ngilu tanpa sebab dan sampai bikin kaget T.T Kadang sampai ngebanting tangan sendiri, dan kadang sering ketatap juga, ketatap maksudnya terbentur, sakitnya mintak ampun. Dari situ akhirnya saya beranikan untuk berkonsultasi dengan Dokter umum di kantor, akhirnya dapat rujukan untuk berkonsultasi dengan dokter bedah, dan dikasih tau juga sih ini kemungkinan besar harus segera diangkat.
Dari situ saya konsultasi dengan dokter bedah, dan benar saja. Dokter menyarankan untuk diangkat saja, mengingat keloid itu tumbuh makin besar dan sakit. Sebenarnya saya dikasih 2 pilihan, mau suntik (obat tertentu, lupa namanya, yg bisa buat ngempesin keloid) atau operasi? Cuma karena ukuran udah segini dokter bilang, kalau suntik ini harus tiap minggu, paling tidak selama 6 bulan. Yassalaaaaaam, aku liat jarum suntik aja udah keringet dingin, mana bisaa aku harus disuntik tiap minggu? Ini tangan mau jadi apaa, dan lagi pula, aku harus meluangkan waktu tiap minggu kerumah sakit? No. Big No. Akhirnya aku memilih operasi saja. Deal. Setidaknya sekali saja aku harus menghadapi jarum suntik, infus dan pisau bedah.
Setelah itu aku diminta melakukan beberapa test, yaitu rontgen thorax, juga test lab, diambil sampel darah dari tanganku, sebotol, eh, ya, sejarum suntik penuh lah. Itu aja rasanya udah mau nangis-nangis, ya... nangis beneran sih udah T.T Kemudian menyerahkan hasil testnya ke dokter bedah, acc, lalu konsul ke dokter anestesi, acc lagi, dan keluarlah itu jadwal operasinya. Dan dari konsul dokter anestesi aku tau, bahwa aku akan dibius total. Disitu saya juga disuruh booking kamar, Saya dijadwalkan opeasi tanggal 6 September, tapi saya sudah harus datang sejak tanggal 5 sore. Eh, okay. Jadi, kayaknya aku ga bisa sendirian ya? Hemm, padahal awalnya mau datang dan menjalani semuanya sendiri saja *duhdeek, terbiasa sendirian banget yaa *
Jelang operasi, ternyata teman yang saya kira bisa menemani saya selama proses operasi, mengalami kecelakaan :( Sedih, prihatin, dan ga mungkin maksain kan :( Tega banget aku tuuuu, akhirnya bingung sana-sini, nanya Om, Pakdhe, Budhe, dan ternyata memang lagi pada repot, intinya gabisa nemenin, sampai akhirnya teman saya menyarankan untuk datengin adik saya aja. Ohiyaa ya, adik saya udah lumayan gede, udah dewasa ternyata :') Pagi saya beli tiket pesawat, sorenya udah langsung datang dan saya jemput di Halim. Kenapa kok ga Ibu saya aja? Kasian, Solo-Jkt jauh meski naik pesawat, dan Ibu lagi sakit, beberapa waktu lalu pernah jatuh dari motor, tulang bahunya geser dan masih harus menjalani fisioterapi. Mana tega, masa iya nungguin aku bermalam di rumah sakit :( Akhirnya setelah ku kasih penjelasan, Ibu legowo untuk hanya mengirimkan adikku saja :)
Selasa malam, 4 September adikku datang, iya sehari lebih cepat karena aku perlu mempersiapkan beberapa hal, termasuk urusan kantor juga. Dan pas datengnya malam habis aku pulang kerja juga. Adik bermalam ditempat seorang temanku, aku harus banyak berterimakasih padanya, meski agak ngeselin, tapi pada dasarnya dia sangat baik.
Rabu, 5 September sore, saya dan adik ke rumah sakit, kebetulan saat itu di Budhi Asih, Jakarta Timur. Saya masuk mengurus beberapa administrasi sampai akhirnya bisa masuk kamar rawat inap. Utung ada adik saya, karena ketika ngurus administrasi beberapa kali dibutuhkan tanda tangan/penanggung jawab wali. Sedikit cuplikan perbincangan pada saat itu, saya doang yang maju.
Dan begitulah, untungnya saya sudah mendatangkan adik sayaa, huhuw. Dan setelah menyelesaikan beberapa urusan administrasi, saya dan adik langsung menuju Lantai 7 Zamrud Barat, karena asuransi dari kantor dikasih yang kelas II jadi diisi 4 orang. Tapi ukuran kamarnya saya bilang cukup besar dan luas. Dan toh, semalem ini doang pikirku, jadi ga masalah. Ga banyak bawa baju ganti, tapi bawa kain-kain tebal dan beberapa jaket untuk adikku biar ga kedinginan. Saya diambil darah lagi, kali ini di tangan kanan, untuk dicek lagi. Disuruh puasa per pukul 24.00 malam dan diminta bersiap mulai jam 6 pagi, maksudnya mandi dan siap-siap, potong kuku, no makeup. Terus ngapain siap-siap T.T
Kamis, 6 September jam 06.30 pagi, ada suster yang datang, memasang infus ditangan kanan, karena yang mau di operasi kan yang kiri. Suster malah bilang, "maaf ya mbak, jarumnya ini untuk operasi agak besar dari biasanya, jadi nanti pas saya tusuk ikhlas aja ya mbakk.." Lahh, ngapain dibilaang coba kalo jarumnya lebih besar, seumur-umur kan saya belum pernah diinfus, ya mana tau jarum bakal segede apa :( Yah, malah dibilangin. Dan, katanya vena saya besar dan keliatan, tapi apa? Tusukan pertama gagal T.T Dia bingung "Ini venanya besar tapi ko ga keluar, ya?" Yah mbak, mana saya tau, liat jarumnya aja ogah :( Akhirnya ditusuk sekali lagi yang pinggir kanan, alhamdulillah setelah ikhlas ditusuk-tusuk, akhirnya bisa juga itu infus terpasang ditangan kanan. Rasanya cenat-cenut, kemeng dan dingin-dingin gimana gitu, cairan infusnya kali ya..
Jam 11 siang, seorang suster datang dengan membawa kursi roda, memintaku dan pasien depanku (Ibu-Ibu) untuk ikut. Infus dimatikan, dipangku. Sandal dilepas, naik kursi roda dan kami segera menuju ruang operasi. Adikku mengikuti.
Jam 11.10 Aku masuk ruang operasi, dibantu suster untuk berganti baju, lebih tepatnya melepas semua baju untuk berganti kain operasi yang gak nutup-nutup amat itu sih. Semua dilepas karena aku akan menjalani bius total. Setelah cek tensi dan wawancara sebentar, akhirnya aku masuk ruangan operasi yang beneran. Beneran kayak di film-film. Ada banyak dokter yang pakai masker, semuanya ijo-ojo, ada meja operasi yang selama ini ku takuti dan aku diminta berbaring. Ada orang diatasku yang memasang alat-alat di dadaku, ada di samping kananku yang entah sepertinya menyuntikkan sesuatu di tanganku. Ada disamping kiriku yang memposisikan tanganku, entah diapain, pokoknya diluruskan terus dipasang apalagi ga tau. Ada yang di kaki kananku, memasang sesuatu yang dingin, entah apa itu, dibawah betis. Dan mungkin ada satu orang lagi, dokter bedahnya.
Tindakan mulai, alat-alat terpasang, aku diminta tenang. Aku pun dari naik kursi roda sampai ke meja operasi ini sudah sebisa mungkin santai dan tersenyum, berusaha biasa saja. Orang disebelah kanan bilang "Ikhlas ya mbak. Mbak berdoa ya.." Lalu orang diatas kepalaku memasang oksigen yang lumayan gede, yang selangnya gede, putih. Dan minta aku menghirup udara, aku mencoba tenang dan berhitung tanpa diminta, satu..dua..tiga..empat.. kemudian hilang..... mungkin aku sudah pingsan, tidak ingat apa-apa lagi.
Beberapa waktu kemudian aku terbangun, tapi rasanya sangat sebentar. Aku sadar, posisi kepala pas miring ke kiri, aku melihat banyak ranjang, sebelah kiri ku ada ibu-ibu, tak sadarkan diri. Liat kebawah, sama saja ada beberapa orang tak sadarkan diri, lihat kesamping kanan, ada kakek-kakek juga tak sadarkan diri. Ini ruangan apa? *yang dokter pasti bisa komen, entahlah, aku menyebutnya ruang kesadaran *suka ngawur emang Fenih~ Tapi aku cuma bisa melek doang, ga bisa ngapa-ngapain. Lalu aku mulai merasakan sakit, lalu ku cari-cari sumber sakitnya, dan mendapati tanganku sudah diperban sedemikian rupa. Ya Gusti, perasaan lukanya cuma 3-4cm, kok yang diperban sebanyak ini XD Beberapa saat kemudian, ada dua orang suster yang menjemputku. Memindahkanku ke ranjang tidurku yang di kamar inap sepertinya, melepas baju operasiku dan menutupi tubuhku hanya dengan selimut, terus keluar. Aku melihat adikku, aku ingat naik lift dari lantai tujuh, sampai akihrnya tiba diruanganku, baru dibantu pakai baju oleh adik, infus juga sudah dilepas oleh suster, tapi jarumnya belum dilepas T.T Ada beberapa kali visit oleh Dokter, katanya belum boleh makan.
Jam 14.00, sedikit cerita, itu aku keluar dari ruang operasi sekitar setengah 2, jam 2 an aku mulai bisa pakai baju dan bisa menggerakkan badan. Ngga pusing, tidak juga mual. Rasanya biasa saja kecuali, ya, tanganku yang terasa sakit, nyeri, nyut-nyutan mungkin pasca operasi. Merasa baik-baik saja akhirnya aku keluar, lapar, aku mau makan. Keluar, baru sampai lift, ketauan satpam wkwk, disuruh keluar, sama perawat diantar ke kamar. Aku meninggalkan adikku dan membiarkannya pergi sendiri makan sendiri :( AKU LAPAR :( Tapi sampai kamar perawat yang lain datang, kemudian domelin, untuk tidak keluar-keluar lagi, tidak boleh :( Katanya aku masih pakai gelang merah, kalaupun mereka ngebolehin tapi kalau sampai petugas yang lain tau, mereka yang dimarahin :( Lha, aku laper lho. Terus katanya boleh minum, aku bawa coklat, katanya juga gak boleh :(
Sorenya saya minta pulang karena jumat saya harus ke HK, mereka bilang, tidak ada instruksi untuk pulang :( Jadi intinya saya baru boleh pulang besok sore. Batal sudah rencana awak ke HK ya kan, sedih aku tuu, tiket PP liburan ke HK lenyap sudah dan bersedihlah hatiku ini. Intinya, saya bermalam lagi di rumah sakit malam itu, bersama adik tentunya.
Jum'at pagi, 7 September 2018 Ternyata pagi itu beberapa kali visit, entah siapa aja itu. Ngga ngerti aku tuu. Sampai akhirnya ada satu dokter yang berkata "Oke, pulang. " Alhamdulillah, sekarang Dok? NANTI SIANG! Yawlaaa! Jumat siang setelah adik jumatan, kami pulang bersama om saya yang juga datang. Sekitar jam 3 an sampai kost. Sebelum pulang saya diberi beberapa form untuk jadwal kontrol minggu depan, dan form untuk mengambil hasil check lab keloid yang diambil itu. Jadi, kalo ditulisannya sih termasuk tumor jinak jaringan lunak, tapi untuk memastikan lagi ya dicek lah ya.
Nah, Rabu kemarin, 12 September 2018, saya kontrol lagi, mereka mengganti perban dan memberikan resep obat, serta jadwal untuk kontrol lagi minggu depannya. Mereka bilang lukanya sudah cukup bagus, tapi tetap aku ga mau liat. Mereka buka perban, sepertinya anak koas, tapi saya tutup mata. Bodo amat. Saya belum berani. Sampai disini, beginilah penampakan tangan saya.. Masih harus kontrol lagi minggu depan. mohon doanya semoga semua berjalan lancar yaa :) Habis ini, bagi tips untuk menghilangkan bekas operasi yaa :)
Dan, satu hal yang sungguh ku pelajari kalau dirumah sakit dan menjalani pengobatan atau berbagai tindakan yaitu bejalar ilmu "Ikhlas" karena dari kemarin semuanya menyuruhku ikhlas, ikhlas ya mbak saya tusuk, ikhlas ya mbak dipasang infus, ikhlas ya mbak puasa, ikhlas ya mbak ga makan coklat, ikhlas ya mbak saya suntik, ikhlas ya saya ambil darahnya, ikhlas ya mbak saya bius, ikhlas saya bedah ikhlas ikhlas ikhlas ikhlas, sungguh subhanalloh ilmu ikhlas dirumah sakit ini ya Allah...
Btw, pengalaman ini juga serba yang pertama buat saya. Pertama Pertama kalinya juga bagi saya menjalani rawat inap dirumah sakit, pertama kalinya diinfus dan pertama kali merasakan pingsan (yang ternyata kayak tidur aja sih), eh tapi kan saya karena di bius total ya :))
Keliatan ga ya itu? Bekas luka di tangan kiri. itu keloidnya. Dulu, ngga sampai segede itu. |
Dari situ saya konsultasi dengan dokter bedah, dan benar saja. Dokter menyarankan untuk diangkat saja, mengingat keloid itu tumbuh makin besar dan sakit. Sebenarnya saya dikasih 2 pilihan, mau suntik (obat tertentu, lupa namanya, yg bisa buat ngempesin keloid) atau operasi? Cuma karena ukuran udah segini dokter bilang, kalau suntik ini harus tiap minggu, paling tidak selama 6 bulan. Yassalaaaaaam, aku liat jarum suntik aja udah keringet dingin, mana bisaa aku harus disuntik tiap minggu? Ini tangan mau jadi apaa, dan lagi pula, aku harus meluangkan waktu tiap minggu kerumah sakit? No. Big No. Akhirnya aku memilih operasi saja. Deal. Setidaknya sekali saja aku harus menghadapi jarum suntik, infus dan pisau bedah.
Setelah itu aku diminta melakukan beberapa test, yaitu rontgen thorax, juga test lab, diambil sampel darah dari tanganku, sebotol, eh, ya, sejarum suntik penuh lah. Itu aja rasanya udah mau nangis-nangis, ya... nangis beneran sih udah T.T Kemudian menyerahkan hasil testnya ke dokter bedah, acc, lalu konsul ke dokter anestesi, acc lagi, dan keluarlah itu jadwal operasinya. Dan dari konsul dokter anestesi aku tau, bahwa aku akan dibius total. Disitu saya juga disuruh booking kamar, Saya dijadwalkan opeasi tanggal 6 September, tapi saya sudah harus datang sejak tanggal 5 sore. Eh, okay. Jadi, kayaknya aku ga bisa sendirian ya? Hemm, padahal awalnya mau datang dan menjalani semuanya sendiri saja *duhdeek, terbiasa sendirian banget yaa *
Jelang operasi, ternyata teman yang saya kira bisa menemani saya selama proses operasi, mengalami kecelakaan :( Sedih, prihatin, dan ga mungkin maksain kan :( Tega banget aku tuuuu, akhirnya bingung sana-sini, nanya Om, Pakdhe, Budhe, dan ternyata memang lagi pada repot, intinya gabisa nemenin, sampai akhirnya teman saya menyarankan untuk datengin adik saya aja. Ohiyaa ya, adik saya udah lumayan gede, udah dewasa ternyata :') Pagi saya beli tiket pesawat, sorenya udah langsung datang dan saya jemput di Halim. Kenapa kok ga Ibu saya aja? Kasian, Solo-Jkt jauh meski naik pesawat, dan Ibu lagi sakit, beberapa waktu lalu pernah jatuh dari motor, tulang bahunya geser dan masih harus menjalani fisioterapi. Mana tega, masa iya nungguin aku bermalam di rumah sakit :( Akhirnya setelah ku kasih penjelasan, Ibu legowo untuk hanya mengirimkan adikku saja :)
Selasa malam, 4 September adikku datang, iya sehari lebih cepat karena aku perlu mempersiapkan beberapa hal, termasuk urusan kantor juga. Dan pas datengnya malam habis aku pulang kerja juga. Adik bermalam ditempat seorang temanku, aku harus banyak berterimakasih padanya, meski agak ngeselin, tapi pada dasarnya dia sangat baik.
Rabu, 5 September sore, saya dan adik ke rumah sakit, kebetulan saat itu di Budhi Asih, Jakarta Timur. Saya masuk mengurus beberapa administrasi sampai akhirnya bisa masuk kamar rawat inap. Utung ada adik saya, karena ketika ngurus administrasi beberapa kali dibutuhkan tanda tangan/penanggung jawab wali. Sedikit cuplikan perbincangan pada saat itu, saya doang yang maju.
"Yang mau operasi yang mana?"
"Saya sendiri, Mbak" jawabku.
"Penanggungjawabnya yang mana?"
"Saya sendiri" jawabku lagi.
"Penanggung jawab atau wali nya?"
"Iya, saya sendiri." jawabku menegaskan lagi.
"Ya gabisalah mbaak, mbak yang mau dioperasi masa mbak juga yang mau jadi wali dan tanggung jawab, kan harus ada keluarga mbaa.."
"Oh, gitu ya mbak.. Maklum terbiasa sendiri *muehehe* Tapi, ada adik saya kok mbak.."
"Mana, adiknya dibawa kesini.."
Dan begitulah, untungnya saya sudah mendatangkan adik sayaa, huhuw. Dan setelah menyelesaikan beberapa urusan administrasi, saya dan adik langsung menuju Lantai 7 Zamrud Barat, karena asuransi dari kantor dikasih yang kelas II jadi diisi 4 orang. Tapi ukuran kamarnya saya bilang cukup besar dan luas. Dan toh, semalem ini doang pikirku, jadi ga masalah. Ga banyak bawa baju ganti, tapi bawa kain-kain tebal dan beberapa jaket untuk adikku biar ga kedinginan. Saya diambil darah lagi, kali ini di tangan kanan, untuk dicek lagi. Disuruh puasa per pukul 24.00 malam dan diminta bersiap mulai jam 6 pagi, maksudnya mandi dan siap-siap, potong kuku, no makeup. Terus ngapain siap-siap T.T
Kamis, 6 September jam 06.30 pagi, ada suster yang datang, memasang infus ditangan kanan, karena yang mau di operasi kan yang kiri. Suster malah bilang, "maaf ya mbak, jarumnya ini untuk operasi agak besar dari biasanya, jadi nanti pas saya tusuk ikhlas aja ya mbakk.." Lahh, ngapain dibilaang coba kalo jarumnya lebih besar, seumur-umur kan saya belum pernah diinfus, ya mana tau jarum bakal segede apa :( Yah, malah dibilangin. Dan, katanya vena saya besar dan keliatan, tapi apa? Tusukan pertama gagal T.T Dia bingung "Ini venanya besar tapi ko ga keluar, ya?" Yah mbak, mana saya tau, liat jarumnya aja ogah :( Akhirnya ditusuk sekali lagi yang pinggir kanan, alhamdulillah setelah ikhlas ditusuk-tusuk, akhirnya bisa juga itu infus terpasang ditangan kanan. Rasanya cenat-cenut, kemeng dan dingin-dingin gimana gitu, cairan infusnya kali ya..
Infus yg jarumnya udah kayak jarum buat donor darah, gede T.T Mungkin ukuran 18 atau 20 |
Jam 11 siang, seorang suster datang dengan membawa kursi roda, memintaku dan pasien depanku (Ibu-Ibu) untuk ikut. Infus dimatikan, dipangku. Sandal dilepas, naik kursi roda dan kami segera menuju ruang operasi. Adikku mengikuti.
Jam 11.10 Aku masuk ruang operasi, dibantu suster untuk berganti baju, lebih tepatnya melepas semua baju untuk berganti kain operasi yang gak nutup-nutup amat itu sih. Semua dilepas karena aku akan menjalani bius total. Setelah cek tensi dan wawancara sebentar, akhirnya aku masuk ruangan operasi yang beneran. Beneran kayak di film-film. Ada banyak dokter yang pakai masker, semuanya ijo-ojo, ada meja operasi yang selama ini ku takuti dan aku diminta berbaring. Ada orang diatasku yang memasang alat-alat di dadaku, ada di samping kananku yang entah sepertinya menyuntikkan sesuatu di tanganku. Ada disamping kiriku yang memposisikan tanganku, entah diapain, pokoknya diluruskan terus dipasang apalagi ga tau. Ada yang di kaki kananku, memasang sesuatu yang dingin, entah apa itu, dibawah betis. Dan mungkin ada satu orang lagi, dokter bedahnya.
Tindakan mulai, alat-alat terpasang, aku diminta tenang. Aku pun dari naik kursi roda sampai ke meja operasi ini sudah sebisa mungkin santai dan tersenyum, berusaha biasa saja. Orang disebelah kanan bilang "Ikhlas ya mbak. Mbak berdoa ya.." Lalu orang diatas kepalaku memasang oksigen yang lumayan gede, yang selangnya gede, putih. Dan minta aku menghirup udara, aku mencoba tenang dan berhitung tanpa diminta, satu..dua..tiga..empat.. kemudian hilang..... mungkin aku sudah pingsan, tidak ingat apa-apa lagi.
Beberapa waktu kemudian aku terbangun, tapi rasanya sangat sebentar. Aku sadar, posisi kepala pas miring ke kiri, aku melihat banyak ranjang, sebelah kiri ku ada ibu-ibu, tak sadarkan diri. Liat kebawah, sama saja ada beberapa orang tak sadarkan diri, lihat kesamping kanan, ada kakek-kakek juga tak sadarkan diri. Ini ruangan apa? *yang dokter pasti bisa komen, entahlah, aku menyebutnya ruang kesadaran *suka ngawur emang Fenih~ Tapi aku cuma bisa melek doang, ga bisa ngapa-ngapain. Lalu aku mulai merasakan sakit, lalu ku cari-cari sumber sakitnya, dan mendapati tanganku sudah diperban sedemikian rupa. Ya Gusti, perasaan lukanya cuma 3-4cm, kok yang diperban sebanyak ini XD Beberapa saat kemudian, ada dua orang suster yang menjemputku. Memindahkanku ke ranjang tidurku yang di kamar inap sepertinya, melepas baju operasiku dan menutupi tubuhku hanya dengan selimut, terus keluar. Aku melihat adikku, aku ingat naik lift dari lantai tujuh, sampai akihrnya tiba diruanganku, baru dibantu pakai baju oleh adik, infus juga sudah dilepas oleh suster, tapi jarumnya belum dilepas T.T Ada beberapa kali visit oleh Dokter, katanya belum boleh makan.
Jam 14.00, sedikit cerita, itu aku keluar dari ruang operasi sekitar setengah 2, jam 2 an aku mulai bisa pakai baju dan bisa menggerakkan badan. Ngga pusing, tidak juga mual. Rasanya biasa saja kecuali, ya, tanganku yang terasa sakit, nyeri, nyut-nyutan mungkin pasca operasi. Merasa baik-baik saja akhirnya aku keluar, lapar, aku mau makan. Keluar, baru sampai lift, ketauan satpam wkwk, disuruh keluar, sama perawat diantar ke kamar. Aku meninggalkan adikku dan membiarkannya pergi sendiri makan sendiri :( AKU LAPAR :( Tapi sampai kamar perawat yang lain datang, kemudian domelin, untuk tidak keluar-keluar lagi, tidak boleh :( Katanya aku masih pakai gelang merah, kalaupun mereka ngebolehin tapi kalau sampai petugas yang lain tau, mereka yang dimarahin :( Lha, aku laper lho. Terus katanya boleh minum, aku bawa coklat, katanya juga gak boleh :(
Sorenya saya minta pulang karena jumat saya harus ke HK, mereka bilang, tidak ada instruksi untuk pulang :( Jadi intinya saya baru boleh pulang besok sore. Batal sudah rencana awak ke HK ya kan, sedih aku tuu, tiket PP liburan ke HK lenyap sudah dan bersedihlah hatiku ini. Intinya, saya bermalam lagi di rumah sakit malam itu, bersama adik tentunya.
Jum'at pagi, 7 September 2018 Ternyata pagi itu beberapa kali visit, entah siapa aja itu. Ngga ngerti aku tuu. Sampai akhirnya ada satu dokter yang berkata "Oke, pulang. " Alhamdulillah, sekarang Dok? NANTI SIANG! Yawlaaa! Jumat siang setelah adik jumatan, kami pulang bersama om saya yang juga datang. Sekitar jam 3 an sampai kost. Sebelum pulang saya diberi beberapa form untuk jadwal kontrol minggu depan, dan form untuk mengambil hasil check lab keloid yang diambil itu. Jadi, kalo ditulisannya sih termasuk tumor jinak jaringan lunak, tapi untuk memastikan lagi ya dicek lah ya.
Sabtu malam, mengantar adikku pulang ke Solo naik kereta dari Stas. Gambir. PS: if you dont wanna look pale n sick, just wear red lipstick. It works lah ya! ^_^ |
Nah, Rabu kemarin, 12 September 2018, saya kontrol lagi, mereka mengganti perban dan memberikan resep obat, serta jadwal untuk kontrol lagi minggu depannya. Mereka bilang lukanya sudah cukup bagus, tapi tetap aku ga mau liat. Mereka buka perban, sepertinya anak koas, tapi saya tutup mata. Bodo amat. Saya belum berani. Sampai disini, beginilah penampakan tangan saya.. Masih harus kontrol lagi minggu depan. mohon doanya semoga semua berjalan lancar yaa :) Habis ini, bagi tips untuk menghilangkan bekas operasi yaa :)
Setelah perban dibuka dan diganti |
Dan, satu hal yang sungguh ku pelajari kalau dirumah sakit dan menjalani pengobatan atau berbagai tindakan yaitu bejalar ilmu "Ikhlas" karena dari kemarin semuanya menyuruhku ikhlas, ikhlas ya mbak saya tusuk, ikhlas ya mbak dipasang infus, ikhlas ya mbak puasa, ikhlas ya mbak ga makan coklat, ikhlas ya mbak saya suntik, ikhlas ya saya ambil darahnya, ikhlas ya mbak saya bius, ikhlas saya bedah ikhlas ikhlas ikhlas ikhlas, sungguh subhanalloh ilmu ikhlas dirumah sakit ini ya Allah...
Adikku yang selalu menemani, he always take care of me |
Well, berani melakukan ini juga berarti aku telah menghadapi sekian banyak ketakutanku. Iya, sebagai seseorang dengan banyak ketakutan terkadang susah, tapi aku telah berusaha banyak untuk menghadapinya. Biasanya, aku menghadapi berbagai ketakutan itu dengan membiasakannya. Seperti membiasakan bertemu kucing, naik di ketinggian, bertemu badut yang sungguh aku takut. Tapi, untuk ketakutan yang satu ini : rumah sakit, sungguh aku tidak ingin membiasakan. Ya Gusti, cukup sekali aku di-pingsan-kan dan diinfus, semoga tidak ada lagi. Dan, untuk menghadapi ketakutan yang satu ini, ya seperti kata suster dan dokter tadi : Ikhlas :') Ya Gustiii, setidaknya selama di rumah sakit itu aku belajar untuk iklhas di setiap tarikan nafas :') Semoga setelah ini sehat dan membaik ya, Aamiin.