Jogja International Heritage 2018 : Prambanan and Turi Tourism Village

Jumat, Desember 14, 2018

Pertengahan November lalu, tepatnya tanggal 17-18 November 2018, saya kembali ke Yogyakarta, kota penuh kenangan. Tapi, kali ini bukan sekedar main atau melepas kerinduan, tapi juga untuk mengikuti sebuah event internasional yang diselenggarakan selama dua hari itu, Jogja International Heritage Walk yang bertempat di Prambanan pada hari pertama dan Desa Wisata Turi di hari ke dua. Senang sekali akhirnya bisa mengikuti event itu meski awalnya sempat ragu karena saya sedang berada di Bandung, menjalani pelatihan dan pendidikan kaitannya dengan pekerjaan saya, tapi alhamdulillah mendapat izin dari Senat, Pelatih dan Penyelenggara Diklat untuk ke Jogja dan tidak mengikuti apel malam 😊





Jumat, 16 November 2018 saya berangkat dari Stasiun Kiaracondong dengan kereta Lodaya tujuan Stasiun Besar Yogyakarta (Tugu). Sebenarnya tiket saya dari Bandung, tapi hari itu saya sedang PKL di kantor yang terletak di Gedebage dan kata teman macet sekali jika harus ke Bandung maka disarankan naik dari Stasiun Kiaracondong saja. Memang sempat khawatir tidak terkejar bila harus ke Stasiun Bandung karena itu sore pulang kerja, hari jum’at pula, ditambah mendung-mendung mendekati hujan. Tapi untunglah saya sempat bertanya teman dan ia mengatakan bahwa Lodaya itu berhenti juga di Kiaracondong, jadi saya bisa naik dari sana. Sebelumnya saya tidak tau, saya kira hanya dari Stasiun Bandung saja soalnya setau saya itu kereta eksekutif. Seperti kalo di Solo cuma bisa naik dari Solo Balapan saja, tidak bisa dari Purwosari. 

Nah, tapi sebelum saya bercerita lebih jauh, saya akan ceritakan sedikit tentang JIWH ini. Jadi, Jogja International Heritage Walk adalah event internasional yang bertempat di Yogyakarta dan termasuk salah satu event besar di tahun 2018 dan ini adalah kali ke sepuluh event ini diadakan. Pesertanya selain dari Indonesia, juga ada dari berbagai negara lain yang ikut berpartisipasi. Sesuai temanya, JIWH ini mengambil lokasi ditempat-tempat wisata bersejarah seperti tentu saja Prambanan.


Agenda utamanya tentu saja walking event, berjalan kaki sambil menikmati pesona keindahan wisata dan sesekali bertegur sapa dengan penduduk sekitar yang sangat ramah dan menyemangati kami sepanjang jalan. Di setiap checkpoint juga ada pertunjukan seni, seperti Reog atau kesenian yang lain. Di pertengahan jalan juga kadang kami mendapat kejutan-kejutan kecil, seperti bertemu penduduk yang berdandan seperti Punokawan atau adik-adik manis yang menjadi cucuk lampah diacara pembukaan tadi. 

JIWH adalah walking event yang diadakan oleh Jogja Walking Association, yang konsepnya tidak hanya tentang kesehatan, namun juga mengampanyekan green environtment, pendidikan, komunikasi serta ekonomi dan pariwisata dengan menanam ribuan pohon di Karang Tengah, Bantul, mendorong para pelajar untuk berpartisipasi pada kegiatan ini bersama dengan pejalan kaki dari berbagai negara dan memberdayakan masyarakat lokal serta usaha kecil dan menengah. Kegiatannya tidak hanya jalan kaki, tapi juga ada funbike (hari pertama) dan swimming (hari kedua). Serta berbagai pertunjukan seni, ada juga berbagai lomba yang semakin memeriahkan acara. 


Hari Pertama : Prambanan (5Km)

Sabtu pagi sebelum subuh, saya tiba di Stasiun Tugu, teman baik saya yang selalu ada, Prisantya (Gebby) menjemput saya dan seperti biasa saya singgah sebentar di kostnya. Tentu saja untuk meletakkan barang-barang, beristirahat sejenak dan bersiap tentunya dengan kaos JIWH yang telah diambil Gebby di hari sebelumnya. Jam 6.30 kami bersiap berangkat, dari tempat tinggal teman saya ke Prambanan, kalau masih pagi dan tidak macet, perjalanan tidak sampai 30 menit. Di jalan juga kami sudah janjian dengan Murti, temannya Gebby (yang baru saya kenal juga hari itu). Singkatnya, sebelum jam 7 bahkan kami sudah di di Prambanan. Pas sekali dengan momen start teman-teman yang ikut funbike. Oke, petualangan kami pun dimulai sebentar lagi. Pertama-tama kami harus ke checkpoint untuk didata dan mendapat stempel, disana rupanya kami bertemu dengan teman baru lagi. Namanya Ratna, kami baru berkenalan dan karena dia datang sendirian, akhirnya kami jalan bareng. Jadi berempat, sedikit cerita, memang di jadwal yang kami terima, rute 5km itu mulai jam 7 pagi. Tapi ntah kenapa saat itu sepertinya sudah pada jalan, yang pada datang juga dipersilakan langsung jalan aja. Rupanya mungkin 5-10-20km start barengan kali ya, biar sekalian heuheu. Tak apa, berjalan berempat juga masih seru ditambah barengan teman-teman yang funbike yang makin membuat iri dan rasa-rasanya ini sudah pertanda ke berapa kali saya terus melihat sepeda-sepeda secara tidak sengaja, hemm, oke. Sepertinya emang udah disuruh beli sepeda mulu dari kemarin-kemarin. 

Melanjutkan cerita saya tadi, saya mengambil rute 5km saja di walking event hari pertama ini dengan berbagai pertimbangan tentu saja salah satunya karena baru saja tiba dari Bandung dan buat pemanasan aja karena besoknya saya mengambil rute 10km. Perjalanan di Prambanan kami mulai dengan mengikuti petunjuk arah yang sudah sangat jelas terpasang dan mudah sekali mengikutinya, apalagi ini juga didalam komplek Candi Prambanan saja untuk rute 5km. 

Sepanjang jalan meski sudah beberapa kali kesini, tapi tetap saja berjalan pagi di area Prambanan yang asri terasa menyenangkan. Sejuk dan adem. Bila biasanya saya hanya mengunjungi komplek Candi Roro Jonggrang, kali ini kami berkeliling sedikit disekitarnya. Sebenarnya, baru saya tau juga bahwa selain Candi Roro Jonggrang itu, ada beberapa candi lagi yang saya temukan di area ini diantaranya Candi Bubrah dan Candi Sewu. Well, pemandangan yang cukup berbeda sedang kita terbiasa akrab dengan foto candi prambanan yang iconic itu. Tak mau kehilangan moment, kami sempatkan mengambil beberapa foto. Hmm, rupanya rute 5Km kami ini menyenangkan juga ya, gimana yang 10 dan 20Km. 

Candi Sewu adalah komplek candi berlatar agama Buddha terbesar kedua di Jawa Tengah yang dibangung pada abad 8 masehi. Komplek candi ini memiliki 249 bangunan candi yang terdiri atas 1 bangunan candi utama, 8 bangunan candi penjuru dan 240 bangunan candi perwara yang kesemuanya disusun membentuk denah mandala, yaitu perwujudan alam semesta dalam kosmologi Budha Mahayana. 





Sesampainya kami di garis finish, kami disambut teman-teman panitia yang bersemangat sekali, hehe. Sedang kami cukup haus. Disana, sudah menanti kami banyak food tenant yang pengen banget dijajanin. Ada banyak, tapi kami tak dapat mengelak ketika dipertemukan dengan segelas es teh manis yang terlihat segar sekali di pagi hari dimana matahari mulai mencubiti kulitku saat itu. Terik yang banyak Vitamin D itu, kata orang. Serta, kalau saya, masih juga tergoda pada sosis bakar dengan mayonais itu, lumayan buat ngganjel perut sedangkan sedari tadi pikiranku sudah membayangkan soto daging yang segar sekali sepertinya di hari itu, Soto Pak Marto. 

Disana juga ada berbagai pertunjukan seni, berbagai macam tarian tradisional sempat saya lihat dari kejauhan. Ada pula festival payung dengan desain dan ukuran bermacam-macam. Sayang saat itu kami sudah terlanjur berlindung dibawah pohon yang rindang sambil mengecap es teh manis yang baru kami beli, tak sanggup rasanya bila harus menerjang terik untuk merambah payung-payung cantik yang sedari tadi disibukkan dengan orang-orang yang mengantri berfoto. Cukuplah kami menikmati pemandangan itu dari jarak yang cukup. Tak mau menerjang matahari tetap, meski banyak vitamin D nya XD 

Hari Kedua : Turi Tourism Village (10Km)

Hari kedua kami berangkat lebih pagi karena lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal teman saya. Start pointnya adalah Desa Ekowisata Pancoh, Sleman. Pergi kesini pagi-pagi punya cerita tersendiri, suasana yang sejuk, kanan-kiri yang hijau dan jalanan yang masih sepi sehingga kami dapat tiba di lokasi lebih awal. Dengan kaos warna ungu-ungu, kami bersiap menuju garis start. 

Rute yang berbeda terasa sekali di perjalanan hari kedua kami. Ya, namanya desa ekowisata sudah terbayang hijau-hijauan yang menyambut kami sepanjang perjalanan. Terutama, pohon salak yang sepanjang jalan kami temui. 

          

Desa Ekowisata pancoh adalah salah satu desa wisata di deket Puncak Merapi. Sekedar berjalan-jalan di pegunungan yang asri dengan udara yang sejuk tentu menjadi pilihan yang menyenangkan. Bagi masyarakat disana, air memang sangat sakral, menjaga air sama dengan menjaga kehidupan. Potensi sekaligus komoditas utama desa ini adalah salak, mulai dari salak pondok, salak manggala, salak madu dll. Selain itu, kami juga sempat menemui kandang-kandang ternak milik warga yang juga merupakan hasil budidaya atas dukungan pemerintah setempat juga. 

Sepanjang jalan kami disambut dengan antusias warga, sesekali bersalaman atau bercengkrama sebentar. Banyak yang menyemangati kami, mulai dari anak-anak kecil, dewasa hingga simbah-simbah yang udah sepuh, dengan senyum ramah dan mengangkat jempol untuk kami para pejalan yang melintas. Sungguh senang sekali saya waktu itu, jadi teringat alm. Simbah-simbah saya terdahulu. Yang selalu memberikan doa-doa panjang bagi kami, cucu-cucunya. 

Semangat, Mbak. Lima kilo lagi!” Suara lantang itu terdengar olehku yang sedang berjalan dan berfokus ke pemandangan sekitar saat Bapak itu meneriaki kami engan kalimat penyemangat itu. Oh, iya, sudah lima kilo kami berjalan melewati turunan dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga. Bapak itu rupanya petugas parkir yang sedang mengawasi kendaraan yang berlalu-lalang. Pemandangan yang saya liat tadi adalah taman-taman bunga kertas, dan ternyata memang sedang ada acara camping anak-anak, dan kendaran-kendaraan itu adalah milik orang tua/wali yang sedang mengantarkan mereka. Para guru dan pembimbing juga terlihat sibuk menata berbagai perlengkapan, mengecek apakah semuanya sudah siap sembari memperhatikan satu-dua anak yang masih terus berdatangan. Semangat juga ya, Bu!


Saya dan rekan terus berjalan, rupanya kami telah tiba lagi di sebuah rest area. Potongan buah mangga segar menyambut kami! Unch, segar sekaali! Tiap tempat istirahat selalu ada makanan camilan yang berbeda-beda, mulai dari singkong rebus yang entah kenapa, direbus aja ga dikasih apa-apa pada waktu itu rasanya nikmaat sekali, ada juga jagung rebus, kacang rebus, lalu mangga yang enak banget itu, ada jeruk, ada juga manggis yang hmm kata temen saya sih enak banget. Juga sempat ada pertunjukan reog, di check point pertama. Sempat juga ngobrol bersama beberapa orang-orang yang datang dari mancanegara. Semua ini menyenangkan! 

Overall, mengikuti walking event ini menarik sekali! Sampai jumpa di event tahun depan!

You Might Also Like

0 comments

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe