Menjelajah Museum Affandi Yogyakarta

Selasa, Desember 04, 2018



Koleksi Lukisan Affandi

Yogyakarta, 17 November 2018. Setelah mengikuti Jogja Heritage Walk 10 Tahun 2018 hari pertama di Prambanan dan berjalan sejauh 5KM, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Affandi, sebuah museum yang terletak di pusat Kota Jogja yang telah ingin saya kunjungi dari dulu tapi baru sempat saya kunjungi kemarin. Disana, saya bertemu dengan Bapak Hudan yang menemani kami berkeliling Museum dan menceritakan kepada kami tentang karya-karya Affandi. Dari sini, akan coba saya tuliskan beberapa cerita yang saya tangkap dari beliau :)

Mobil kesayangan Affandi
Museum Affandi terletak di Jl. Laksda Adisucipto 167 Yogyakarta. Dari luar, beberapa bangunan yang ada disini memiliki atap yang terlihat seperti pelepah pisang, ternyata, ada cerita tersendiri dari Affandi tentang daun pisang ini. Affandi kecil pernah terkena cacar beserta saudara-saudaranya. Jaman dulu, untuk mengatasi cacar, si anak yang terkena cacar dibalut dengan daun pisang, selain untuk menurunkan panas, juga agar ketika cacar itu meletus supaya tidak lengkat. Affandi anak ke lima dari tujuh bersaudara, dari anak pertama hingga ke lima yang terkena cacar, hanya Affandi yang dapat bertahan dalam balutan daun pisang tersebut. Jadi, daun pisang ini memiliki sejarah special bagi Affandi. Tapi tidak ada satupun lukisan Affandi tentang daun pisang, hanya pada arsitektur bangunan galeri seninya, yang ia desain sendiri.

Affandi adalah salah satu seniman yang namanya dikenal dunia. Ia telah pergi ke berbagai negara untuk menggelar pameran, seperti di Inggris, Italia, Belgia, Brazil dll, serta telah menerima berbagai penghargaan. Ia juga sangat produktif, ada lebih dari 2000 lukisan yang telah dihasilkan semasa hidupnya hingga tahun 1990. Bahkan setelah duduk di kursi roda pun, ia tetap melukis, ada beberapa karya yang ia lukis di hingga tahun 1989. Sebelumnya, Affandi adalah pelukis naturalis dengan media kanvas dan cat air, hingga pada tahun 1949 ia melanjutkan belajar ke India dengan beasiswa pemerintah India. Masa-masa itulah masa peralihan Affandi. Ia melakukan perjalanan berkeliling India. Dari sana mulai terjadi pergeseran aliran dan teknik melukisnya, sedikit demi sedikit Affandi mulai Ekspresionis, sampai sekarang kita melihat hasil lukisan-lukisan Affandi yang begitu ekspresif. Gaya melukis Affandi juga sangat unik, ia senang langsung menuangkan cat dari tubenya, kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan tentang sesuatu. Gaya melukis ini juga sempat disebut mirip dengan Vincent Van Gogh, namun Vincent menggunakan kuas untuk menggoreskan cat, sedangkan Affandi dengan jari-jarinya. 

Affandi tidak dapat berimajinasi, ia melukis sesuai dengan apa yang ia liat dan ia rasakan pada saat itu. Biasanya Affandi duduk lesehan untuk melukis apa saja yang tampak didepannya sampai selesai, tak perlu berhari-hari, ada salah satu lukisan yang diselesaikan hanya dalam setengah jam. Pernah ada suatu cerita, di salah satu lukisan Affandi, ia melukis bulan di daerah Parangtritis, ia akan menunggu hingga bulan itu berada pada posisi yang ia inginkan. Ia tidak akan memindahkan objek pada posisi tertentu, missal di geser sedikit ke kiri atau ke kanan biar terlihat lebih bagus, tapi ia akan menunggu hingga objek tersebut berada tepat pada posisi yang menurutnya pas dan indah, dan Affandi ini pelukis cepat karena momen seperti itu memang tidak lama, seperti pada salah satu lukisannya di pasar burung. Ketika ia ingin melukis, ia langsung meminta kanvas dan cat pada asistennya untuk melukis, saking cepatnya pikiran yang ingin ia tuangkan, ketika ia melukis kadang harus ada asisten agar mempermudah ia ketika misalnya butuh warna cat tertentu, sementara Affandi tetap fokus pada kanvas sedang asisten membantunya mengambil cat warna yang ia inginkan.

"Kartika"
Ia, hanya melukis apa yang ia lihat, itu juga tergambar ketika ia melukis Kartika, anak pertama dan semata wayangnya bersama Maryati (istri Affandi) saat Kartika berusia 16 tahun dan siap untuk di lamar sang kekasih. Disitu terlihat sosok Affandi, hanya sebatas sebelah badan, kaki, lengan dan topi, hanya sejauh jangkauan penghlihatannya saja. Dan pada lukisan berjudul “Kartika” yang dilukis pada tahun 1950 tersebut, untuk pertama kalinya muncul simbol matahari, tangan dan kaki, yang selanjutnya menjadi lambang yang digunakan Affandi pada beberapa lukisannya. Bagi Affandi, matahari merupakan simbol kehidupan, tangan untuk karya dan kaki untuk melangkah ke depan. Namun, tidak pada semua lukisan Affandi muncul simbol ini, hanya pada lukisan-lukisan tertentu yang memiliki ikatan emosional yang tinggi atau yang dirasa begitu special padanya, yang akan muncul simbol tersebut. Salah satunya juga muncul ketika ia melukis dirinya dengan cucu pertamanya. 

Matahari sering muncul pada lukisan-lukisan Affandi. Disana, ada tiga warna yang digunakan Affandi untuk melukis matahari. Pertama adalah biru, untuk melukiskan matahari di siang hari, yang sedang terik-teriknya. Bagi Affandi, biru adalah perwujudan panas yang sangat panas. Sedangkan untuk sore, Affandi menggunakan warna jingga atau merah. Sedang pagi? Affandi menggunakan warna kuning cerah.

Salah satu lukisan Matahari
Selain itu, objek yang sering di gambar Affandi antara lain perahu, matahari, dirinya sendiri, ibunya dan kartika. Untuk melukis dirinya sendiri ia akan melihat ke cermin, untuk melihat ekspresinya pada saat itu. Ada juga lukisannya pada saat di mobil, ia melihat dari cermin, matahari pagi-pagi dan sedang mengisap cerutu, menggambarkan suasana hatinya yang sedang senang. Sedang di lukisan lain, tergambar wajahnya yang geram karena tak mampu melukis sebaik dulu, dan pada lukisan itu terdapat kalimat yang kira-kira artinya "setelah gagal melukis"

Galeri III

Ada empat buah galeri utama di museum ini. Galeri utama berisi lukisan-lukisan Affandi dan terdapat juga beberapa potret beliau semasa hidupnya serta benda-benda kesayangannya seperti mobil dan sepeda onthel, lalu ada juga sendal jepit, kuas, klipping koran dan juga foto-foto Affandi. Di galeri kedua, selain terdapat lukisan, juga terdapat sketsa hitam putih, yang bagi Affandi, tidak akan diwarnai atau dilukis lagi karena baginya itu sama, adalah sebuah karya dan memiliki kedudukan yang sama dengan karya yang lainnya. Galeri ketiga berisi lukisan Maryati, Kartika dan Rukmini (salah satu anak Affandi dari pernikahannya yang kedua), saat saya disana juga sedang ada anak-anak yang berkumpul dan berlatih melukis.



Ada satu lagi galeri yang masih aktif dipakai, disana ada karya-karya cucu Affandi, Didit. Waktu saya disana juga sedang ada yang melukis, surealis. Ohiya, menurut Penuturan Bapak Hudan, lukisan-lukisan Affandi masih di lelang, harga yang paling murah mulai dari 2,5M. Ahh, mengakhiri perjalanan kami berkeliling museum, kami singga di Cafe Loteng dan menukarkan tiket kami dengan sebotol softdrink sambil duduk duduk beristirahat. Ada beberapa souvenir yang bisa dibeli untuk kenang-kenangan, saya sendiri membeli dua buah post card lukisan Affandi, pilihan saya jatuh kepada "Merak" dan "Bunga Matahari". What a nice day :)

Museum Affandi
Alamat : Jl. Laksda Adisucipto No. 167 Yogyakarta
Jam Buka : 09.00 - 16.00 WIB
Tiket Masuk : 25k/orang. Free softdrink di Cafe Loteng

You Might Also Like

2 comments

  1. Beautiful paintings. Wish to see it myself :)

    BalasHapus

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe