Barangkali pernah dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau mempercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi melagukan Harmoni. Engkau merasa tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu, meski di masa nanti, di mana dia, engkau tak tahu lagi.
Penampakannya “Aku Angin Engkaulah Samudra”-ku sekarang.
Buku ini adalah buku yang sempat saya beli ketika masih di jogja dulu. Saya penyuka buku, suka novel, sastra, roman. Saya suka buku-buku Tere Liye, Sapardi Djoko Damono, sampai Pidi Baiq dan Aan Mansyur saya suka.
Sedikit bercerita tentang buku ini, buku yang menceritakan kisah panjang. Awalnya sempat bosan tapi begitu sampai ditengah perjalanan, menjadi sangat menarik. Meski untuk mengumpulkan mood membacanya saya harus menghabiskan waktu cukup lama. Buku ini berkisah tentang persahabatan Samu dan Maruto. Samudro artinya samudera, dan Maruto yang berarti angin.
Diceritakan dari masa kecil keduanya, hingga mereka harus berpisah ketika Maruto harus berpindah. Kemduian menceritan petualangan masa muda Marutoketika menjadi jurnalis. Banyak kisah yang diceritakan disini, termasuk kejadian Trisakti, menceritakan petualangan Samu yang waktu itu sebagai jurnalis. Petualangannya dengan rekan-rekan mahasiswa, hingga petualanagan ke Aceh, masa perang dengan GAM dimana ia dipertemukan kembali dengan Samu, teman semasa kecilnya itu.
Yang jelas buku ini penuh dengan petualangan seru, dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Tentang persabahatan, perjuangan, keberanian dan cinta tentunya :)
Oh ya,
Ada kejadian menarik yang membuat buku baru saya ini babak
belur demikian, dia tergilas mobil2 dan motor yang melaju ditengah jalan akibat
terjatuh dari motor saya. Iya, jatuh ditengah jalan pas saya sedang mengendarai
motor akibat kecerobohan saya yang hanya menjepitkannya di jepitan motor depan
:(
Dan karena saya punya sedikit masalah dengan menyeberang
jalan (ngga berani, takut2, terkadang butuh waktu lebih dari setengah jam hanya
untuk menyeberang jalan), saya hanya bisa berdiri dipinngir menyaksikan buku
baru saya terlindas ban-ban kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, engga lama
sih.. Tapi kalo nunggu sampe sepi ya bakal lama, untungnya..
Dari belakang saya tiba-tiba ada bapak-bapak bertanya
sedikit berteriak (soalnya rame, jadi suara harus kenceng) “Itu bukunya
siapa?"
Saya menjawab lirih "saya pak,”.
Ahh, saya rasa beliau tidak perlu mendengar jawaban dari
saya, karna sebenarnya beliau pasti sudah tau jika buku itu adalah milik
perempuan yang baru saja menyetandarkan motornya dan berdiri dipinggir jalan
harap-harap cemas berharap bisa segera ketengah jalan untuk mengambil bukunya
yang terjatuh.
Ahh, hebat sekali bapaknya, auranya kuat ya? sampai2 bisa
mengendalikan mobil-motor-bis-sepeda-becak yang berlalu lalang dan dengan sigap
mengambil buku itu dan segera mengembalikannya pada saya. Keren. Kalo saya yang
melambai2kan tangan kayak si bapak, ngga yakin deh tu pengguna jalan pada mau
berhenti atau sekedar mengurangi kecepatan sejenak, hhehe.
Usai menerima buku itu, saya langsung mengucapkan
terimakasih pada si bapak “Nuwun nggih, Pak”. Saya suka bahasa jawa, suka kromo
(walaupun belum mahir, tapi sebisa mungkin kromo, apalagi di Jogja, hehee). Dan
bapak itu pun menjawab dengan keras (lagi) “Nggih nggih mbak, sami-sami) dan
beiau pun berlalu mengatur motor-motor yang terparkir di depan Apotek itu lagi.
Ketebak kan apa profesi Bapak ini? Yup, tukang parkir. Bukan
sekedar tukang parkir, tapi juga seorang Bapak yang mau berbaik hati
mengambilkan buku saya yang jatuh ditengah jalan tanpa diminta. Sebuah kebaikan
kecil, sederhana, tapi begitu berarti buat saya. Ngga semua orang mau membantu
hal kecil kaya gitu. Itu ramai sekali, dan sebenarnya engga pas di depan apotik
itu buku ku, terhalang mobil2 yang terparkir, tapi bapaknya tau aja. Kalau
saya, tidak yakin setengah jam kemudian bsia ngambil tuh buku, padahal harus
segera ngantor >.<
Nuwun Bapak, :)