Sudah lamaaa sekali ga ngepost di blog ini, sejak mempersiapkan pernikahan sampai sekarang, udah berbulan-bulan dan usang juga ini blog. Hehe, setelah mau bikin post, ga tau juga sih mau nulis apa.
Tapi, let's see.. sekarang aku sedang berada di salah satu kedai kopi di daerah Menteng, sebut saja Anomali (ya emang Anomali sih), sendirian. Lho, suaminya kemana? Jawabnya, karena beliau masih kuliah. Dan beginilah kegiatan istri ini. Kadang, ketimbang sepi di rumah, suka ikut pergi pas kuliah. Tapi bingung juga kalau ikut ke kampus, mau nunggu dimana? Suami sih seneng-seneng aja kalau aku ikut, dia malah seneng kalau aku mau ikut nemenin dia, hehe. Tapi, ya pada akhirnya beliau memilihkan tempat yang nyaman untukku menunggu. Salah satunya, ya, beliau drop aku di kedai kopi ini. Lumayan nyaman, makanan dan minumannya enak, saya bisa bawa laptop dan sambil nulis gini, jadi gak bosan daripada hanya sekedar berdiam diri dirumah. Kadang suntuk. Ahh, suamiku, selalu baik sekali dan selalu memprioritaskan aku. Suka kangen meskipun kami hanya berjarak 130 meter kalo di kantor (berdasarkan google map wkwk) soalnya cuma beda lantai, beda gedung.
Scroll-scroll socmed di starbucks, sampai akhirnya terhenti pada suatu kalilmat :
Scroll-scroll socmed di starbucks, sampai akhirnya terhenti pada suatu kalilmat :
"Dont call it a dream, call it a plan" Hmm, menarik, batinku.
Dalam beberapa hal terkadang aku merasa terlalu ambisius dengan yang ku mau, atau beberapa orang mengatakan "mekso" tanpa benar-benar melakukan apa yang seharusnya ku lakukan untuk mendapatkan semua itu. Hanya diam, berangan-angan dan membayangkan, aku pasti dapat melakukannya.
Sementara semakin kesini, aku merasa telah jauh sekali berjalan. Kejauhan, waktunya, tapi tidak dengan langkahnya. Aku masih saja di tempat. Menjelang akhir tahun, mulai muncul beberapa pikiran. Apa saja yang telah ku alami di 2019? Banyak. Apa saja yang telah ku raih? Banyak. Yang terbesar tentu saja, menemukan jodohku, suamiku, yang sungguh sabar dan baik hatinya. Semoga Allah senantiasa selalu melindunginya dimanapun ia berada, melancarkan rizkinya dan memenuhi dirinya dengan ilmu pengetahuan, serta memenuhi hati suamiku itu dengan penuh iman. Aamiin.
Begitu banyak hal yang aku syukuri selama kurun waktu ini, meski ada yang hancur lebur, tapi ada yang membaik, ada yang melambat, ada yang lebih cepat, ada yang diambil, ada yang diberikan, ada yang dibuang, ada yang dikembalikan. Semua, semua, sesuai yang dibutuhkan manusia. Aku percaya itu. Namun, ditengah semua nikmat yang telah ku dapat itu, muncul pertanyaan : sebenarnya aku dimana? Sudah sejauh apa dalam menjemput impian-impianku?
Menyadari diriku sendiri saja masih terombang-ambing dalam menentukan prioritas. Tadi, baru saja aku menonton sebuah Film berjudul Kim Ji Young, Born 1982. Banyak hal yang diceritakan disitu, terutama persepsi orang korea terhadap wanita, dari orang tua, mertua, rekan kerja, dan orang yang mungkin di temui di jalan. Lebih jelasnya bisa nonton sendiri, filmnya bagus menurutku. Menceritakan tokoh utama yang bernama sama dengan judul filmnya, tentang kehidupannya sebagai seorang anak perempuan di keluarga yang menginginkan keturunan laki-laki, gadis remaja yang disalahkan ketika ia mendapat perlakuan tidak mengenakkan (atau gangguan) laki-laki ketika pulang sekolah, seorang wanita karier teladan yang tak pernah dapat promosi, seorang menantu yang harus mengerjakan segalanya di rumah mertua, dan seorang Ibu yang rela melepas karier demi buah hatinya. (maaf, kalo spoilernya kebanyakan).
Tapi aku disini bukan mau cerita tentang depresinya, tapi tentang ke-tidak konsisten-an aku sendiri ketika menjalani pekerjaan, ya, kali ini mungkin lebih spesifik mungkin di dunia kerja. Kadang aku merasa bingung, tiap kali ingin maksimal atau menunjukkan kemampuan, tapi teringat lagi, prioritasku apa? Pekerjaan atau keluarga? Hilih, apapun itu semoga yang terbaik.
Kali ini, kali ini saja, berikanlah kami kemudahan, dan teruslah beri hati kami, isilah hati kami dengan kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan. Aamiin