[REVIEW] Night Bus HCMC to Phnomh Penh | First Time Border Crossing Vietnam - Cambodia via Moc Bai

Senin, Juni 18, 2018

This will be my second post about my journey to 5 countries in South East Asia, but.. again, i dunno why.. Post yang akan saya tulis lagi-lagi random, setelah sebelumnya yang keluar pertama adalah shopping recap, kali ini saya malah akan menulis pengalaman saya melewati perbatasan darat antara Vietnam dan Kamboja, dan yang gila adalah kami menggunakan bis malam, yang kalau kita baca review sana-sini, makin baca, makin ngeri sendiri. Karena, perbatasan ini baru buka jam 7 pagi, kami berangkat dari pool bis jam 11.30 malam sedangkan dari Ho Chi Minh ke perbatasan itu hanya perlu waktu 2 atau 3 jam. Kan ga mungkin lewat customs dan imigrasi jam segitu? Jadi banyak deh review aneh-aneh, soal keterlambatan kedatangan, belum lagi soal perjalanan malam hari yang katanya tidak aman.

Wahangga sampai sempet sketch ditempat travel agent, saking kelamaan nunggu

Well, now, i'll begin to tell you the real story.. Saya dan keempat teman saya mengalami sendiri, yang bahkan ketika bis mau berangkat aja kita masih ragu, is this true? are you sure? wanna change the plan? we can stay here overnight and go to Phnomh Penh tomorrow, etc. Haha. Dan hari-hari itu adalah perjalanan yang sangat panjang, karena kami memulai perjalanan kami dari.. Mui Ne, ya, 6 jam dari Ho Chi Minh City. Kami menggunakan bus Phuong Trang atau lebih mudah disebut FUTAbus. Bus ini cukup nyaman, jadi selama perjalanan kami bisa tidur dan beristirahat hingga akhirnya sampai di Ho Chi Minh City.



inside Futabus
Setelah menempuh perjalanan selama 6 jam, akhirnya kami sampai juga di Pham Ngu Lao street. Berdasarkan apa yang kami baca di peta, agen travel yang akan membawa kami ke Phnom Penh letaknya tidak jauh dari pool Futabus ini. Jadi kami memutuskan untuk mengecek lokasinya dulu, cukup berjalan kaki saja sekitar 900meter. Setelah menemukan dan memastikan kami telah mendatangi travel agent yang benar, akhirnya kami  mencari tempat menunggu karena saat itu masih jam 9 sedangkan kami diminta berkumpul disana jam setengah 12 malam. Kami memutuskan ke Starbucks dekat sana, dengan mengumpulkan semua VND yang tersisa, percayalah kami mengumpulkan semua Vietnam Dong dari dompet kami masing-masing dan memesan minuman untuk kami berlima, konyol XD  Oh ya, internet disana tidak sebebas di Indonesia, setiap pembelian akan diberi password si struknya untuk access wifi, dan itupun dibatasi hanya 1 JAM! Ga asik T.T

Jam 11 kami memutuskan kembali ke travel agent tersebut dan menunggu dengan para penumpang lain. Kalau berdasarkan review, katanya sih berangkatnya suka terlambat. Dan benar juga sih, haha. Tapi disana kami bertemu dengan seorang ibu-ibu, katanya pernah tinggal dan menikah di Jakarta, tapi dia sendiri- iya, benar-benar sendiri dengan sebuah koper yang begitu mudahnya dia titipkan kepada kami sementara dia pergi entah mencari apa, usianya paruh baya, tapi masih segar. Ia sendiri berlibur ke Vietnam, sedangkan dia adalah orang Kamboja. Sedikit-sedikit masih bisa berbahasa Indonesia, jadi bisa ngobrol dikit-dikit. Percayalah, di Vietnam rasanya seperti di planet asing, sama sekali tidak mengerti bahasa mereka dan orang-orangnya tidak begitu ramah. Kalau di Kamboja, di kota atau tempat-tempat wisata kan sudah banyak yang bisa berbahasa Inggris.

Setelah cukup lama menunggu, muncul seorang laki-laki membawa formulir aplikasi, sepertinya untuk masuk imigrasi. Kami mengisinya dan formnya diminta lagi. Tidak lama setelah itu barulah kami berjalan menuju tempat kami bisa naik bus. Ada beberapa turis juga dari mancanegara kami juga sempat ngobrol-ngobrol sebentar, lagi-lagi solo-traveling, atau hanya berdua. Sedangkan kami berlima, sudah jelas paling ramai, haha. Saat itu mungkin sudah jam setengah 1 kami diperbolehkan masuk ke bus dan, penampakannya adalah seperti ini:

Oke, well, mungkin dengan seperti itu artinya kan kita bisa bebas tidur, 180 derajat, tapi ternyata, tidak begitu nyaman. Sempit, satu tempat dipakai dua orang, susah sekali bergerak, mana diatas juga ada orang, seperti di dalam sebuah kotak sempit. Heuu~ Futabus jauh-jauh lebih baik. Mana kami harus bayar mahal untuk bus ini, karena bertepatan dengan musim liburan, beda 7 dollar dari harga biasa :( Belinya di vietnambustickets.com. Anw, bus ini mulai berjalan, tapi pelan-pelan sekali. Jadi teringat reviewnya, katanya ada yang ugal-ugalan, tapi ini jalannya lambat. Baiklah, tinggal tidur saja meski susah. Ga berani juga liat ke luar jendela, lagi pula gelap. Tapi sekitar jam 2 atau 3, bus ini berhenti, lama sekali. Saya sempat melihat keluar, tapi tidak ada apa-apa, hanya ada toko-toko yang sudah tutup. Ini kami dimana? Aahh, tapi segala pikiran buruk itu saya singkirkan. Mungkin sedang ada masalah, tapi saya ingat lagi review sebelumnya, bus itu berhenti di dekat perbatasan untuk menunggu bordernya dibuka. Dalam hati saya bertanya, berarti, kami harus menunggu disini paling tidak sampai jam 6 pagi? Oh my, tidur tidur tidur.. berusaha tidur tapi ga bisa. Mana mau ke kamar mandi juga ga ada, di luar sana juga ga ada. Dan kata teman saya, karena toilet tidak ada, jadii para penumpang itu, di sekitaran tempat itu, dipinggir-pinggir itu.. yah, you know lah~  baiknya tak perlu diceritakan detailnya, nanti malah make it worst~


vietnam border

Akhirnya jam 6 pagi bus mulai berjalan lagi, tidak lama akhirnya kami sampai di perbatasan. Ada seseorang, sepertinya kenek bis itu, meminta semua paspor kami dan menyuruh kami turun untuk clear imigrasi dan customs. Kami menurut dan tentu saja, saya mau ke toilet. Akhirnya, ada toilet di kantor itu. Heuu~ kemudian saya lanjut ke imigrasi, orang-orang sudah mengantri, ada tumpukan paspor di meja petugas imigrasi, salah satunya pasti milik kami. Jadi kami hanya menunggu sampai giliran paspor kami yang di cap, tidak banyak diperiksa, tidak banyak bicara, hanya menunggu dicap saja. Begitu juga dengan customs, tinggal lewat saja, bagaimana pula, kan barang bawaan kami ditinggal di bus. Kami hanya bawa badan dan tas selempang yang menempel saja. Selanjutnya disuruh berjalan kaki untuk gantian masuk ke bordernya Cambodia, tidak jauh beda, clear imigrasi dan customs. Selesai. Prosesnya tidak terlalu lama. Selain kami, ada banyak warga lokal yang sedang mengantri melewati perbatasan juga. Yang pakai motor, mesinnya dimatikan dan menuntun motor untuk sampai di pos perbatasan berikutnya, baru bisa menyalakan mesin lagi.

Sempat ada insiden kecil ketika salah satu teman kami dimintai uang, tidak banyak, hanya 1 dolar tapi karena pada saat itu memang kami tidak punya uang kecil, ya akhirnya terpaksa dibiarkan lewat, hmm, untung saja. Jadi di Kamboja ini semua pakai dollar ya, USD! Bahkan kalau narik uang di ATM juga keluarnya dolar. Mata uang negara ini sendiri adalah Riel, tapi itu hanya digunakan untuk kembalian, uang-uang kecil yang nilainya kurang dari 1 USD, akan dikembalikan dalam bentuk Riel. Pada saat itu kalau tidak salah 1 USD = 4000 Cambodian Riel.

cambodia
Baru pertama kali itu kami melintasi perbatasan darat, it's such a good and weird experience, but it was a new thing for us, haha. Setelah melewati perbatasan, kami melanjutkan perjalanan ke Phnom Penh. Kami kira ini akan cepat, ternyata tidak. Busnya berjalan sangat lambat, mungkin karena kondisi jalannya yang tidak begitu bagus atau memang karena ada batasan kecepatan.

Mulai memasuki Kamboja di pagi hari, membuat saya dan teman saya berusaha menikmati perjalanan, kami bangun dan melihat ke luar jendela. Hmm, bagaimana ya, kalau boleh dibilang.. itu seperti melihat Indonesia 20-30 tahun lalu. Rumah-rumah masih jarang, rumah-rumah panggung dari kayu.. Motor-motor yang kalau di Indonesia rasanya sudah hampir punah atau jarang sekali ditemui, tapi disini masih banyak sekali. Semacam astrea, kirana, atau motor-motor honda merah. Itu kalo di desaku bahkan yang punya itu cuma sepupuku, itu pun karena dia suka motor-motor tua. Sampai di kotanya pun tidak begitu ramai, beberapa bangunan modern terlihat, tapi tetap saja jauh kalau dibandingkan Jakarta.
Sedikit  sejarah tentang Kamboja dari Wikipedia.Bahwa pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. 
the bus

Di dalam bus
Sampai di Phnom Penh, kami langsung menuju sebuah minimarket untuk membeli minum, beristirahat sebentar dan tentu saja untuk mencari tujuan kami selanjutnya : Kantor Pos! Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 1.5km. Banyak tuk-tuk yang menawarkan diri tapi kami lebih ingin berjalan kaki saja toh tidak terlalu jauh.  Sebenarnya kalau bus tiba sesuai jadwal, yaitu jam 8 pagi kami masih bisa sekedar jalan-jalan ke salah satu tempat seperti Royal Palace, atau masjid terbesar di Asia Tenggara itu atau museum genocyde, karena perjalanan kami selanjutnya  masih jam 2 siang. Tapi karena baru tiba di Phnom Penh jam 11, akhirnya waktunya cuma cukup untuk makan siang di KFC dekat kantor pos, dan tenang saja, ada label Halalnya! Haha.

Kami mengikuti maps hingga sampai disana, sebuah bangunan tua Kantor Pos Kamboja, rencananya kami akan menaiki Van Cambodia Post, sudah muter-muter sampai akhirnya kami bertanya dan ternyata memang di kantor pos tersebut kami harus menunggu Van untuk ke Siem Reap, yang rencananya akan ditempuh selama 5 jam. Waw! 

Mui Ne - HCMC 6jam, HCMC - PhnomPenh hampir 10 jam dan sekarang kami masih harus lanjut ke Siem Reap naik Van (artinya ga bisa tiduran) selama 5jam lagi! Mantap! 

Di kantor pos, kami sempatkan membeli beberapa kartu pos dan perangko dan mengirimnya ke Indonesia. Sudah jadi semacam kebiasaan, kalau sedang traveling, semacam oleh-oleh kepada teman dan kenalan. Ini jadul, tapi manis! Kalian kalo lagi jalan juga boleh bangettt kalau mau mengirimi aku kartu pos XD Langsung kirim namaku dan alamat kantor pusat bea cukai aja! Pasti sampai! haha.

Overall..
Ini adalah perjalanan ter-random dan merupakan perjalanan panjang, tapi yang berkesan tentu saja saat melewati perbatasan darat. Nah, sekarang review Night Bus yang kami naiki. Sebenarnya kalau browsing sana-sini, bis malam untuk melewati perbatasan Vietnam-Cambodia sangat tidak disarankan, karena resikonya besar. Perjalanan yang ugal-ugalan, jalanan yang berbahaya, katanya ada yang sempat bisnya rusak, atau juga yang busnya terlambat parah hingga merusak jadwal perjalanan selanjutnya. Ok, here's some QnA.

Apa bus itu nyaman?
Tidak. Bisa dilihat dari fotonya dan cara saya menceritakan suasana didalamnya. Sempit, tidak ada kamar mandi. Tidak berhenti di tempat yang ada kamar mandinya, dan well, pernah berhenti di semacam pom bensin pas udah sampai Kamboja. Saya tidak turun, tapi kata teman yang kesana, hemm, baunya ga karuan, bisa-bisanya ada nanas disana dan baunya bercampur aduk :( *eh ini beda case, ini review toilet di Kamboja :( Begitu juga yang pas di KFC, niscaya saya tak ingin ulangi lagi :(
Apa bus itu aman?
Pada saat saya menaikinya, ya. Bus berjalan pelan. Tapi entah pada perjalanan selain saya.
Apa nama busnya?
Katanya Vicathai. Tapi saya berusaha mencari laman resminya, tidak ketemu. Salah satu review mengatakan mungkin saja itu bus kerja sama yang dibuat antara bus dan agent travel. Kalau kalian mencari night bus untuk lewat perbatasan dua negara ini, hanya ada satu bus itu, yang bisa dipesan online, kalau yg offline dan langsung ke travel agent sih katanya ada lagi yang lain. Di Pham Ngu Lao Street itu banyak banget kok travel agent :) . Selain itu tidak ada lagi, karena mereka ambil perjalanan pagi atau sore, sore juga maksimal jam 3 dari HMC.
So, recommended ga?
Kalau kalian tidak terburu-buru dan waktunya lebih longgar, sangat saya sarankan untuk ambil bus reguler aja, yang pagi atau siang. Kami ambil ini karena ingin menghemat waktu dan penginapan saja, tapi well pengalaman yang berbeda sih tapi tidak untuk diulangi :') Rasanya terdampar berjam-jam tengah malam - pagi buta, kata teman saya sih bisa aja kan kemungkinan yang aneh-aneh muncul sampe yang namanya human trafficking jadi kepikiran, kan bisa aja mana kita cuma traveler biasa. Tapi entah mengapa, waktu itu saya santai sekali. Semua udah saya kalkulasi, harusnya baik-baik saja. Toh ada review yang berhasil melewatinya, orang Indonesia, cewek pula (reviewnya di tripadvisor) Jawaban sama, not so recommended tapi toh dia berhasil, gw juga :) 

Berikut adalah foto-foto yang kami dapat selama perjalanan  :

Ini ketika kami sudah turun bis dan sampai di Phnom Penh :

Jam 8 malam sampai akhirnya kami tiba di Siem Reap, rupanya disana sudah banyak tuk-tuk yang menunggu. Dan menariknya, sudah ada yang menjemput kami, itu fasilitas dari hostel yang kami tempati. Hehe, lumayan. Hotel itu bagus, murah, fasilitasnya oke! Well, saya akan buat review tersendiri soal hostel itu, dan juga perjalanan menarik kami selama di Angkor Wat! Sooo, see you soon on my next post! :D

PS: Semua foto disini diambil oleh I Gusti Agung Ngurah Anggawijaya (@wahangga) 
Kalau ada yang mau nyomot sebaiknya izin sama orangnya!





You Might Also Like

0 comments

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe