Dibuat Takjub di Kawah Wurung

Minggu, Januari 29, 2017

KAWAH WURUNG. Saat pertama kali mendengarnya sebenarnya saya merasa asing, memang belum banyak didengar, tapi setelah sampai di lokasinya, saya takjub!

Kawah Wurung
Bagaimana tidak? Ada sebuah cekungan kawah dikelilingi perbukitan yang diselimuti rerumputan hijau di depan mata bak savana, sangat sangat memukau, dan memang sungguh pemandangan yang elok.

Saat itu, saya dalam rangkaian trip saya di Banyuwangi. Tujuan utama saya adalah Baluran dan Kawah Ijen. Itu saja kemudian bersiap pulang. Tapi teman saya si pecandu jalan-jalan (@putripetry) kekeh sekali bilang kalau saya harus mengunjungi paling tidak kawah wurung dan air terjun blawan. Rugi kalau udah jauh-jauh ke Ijen, kalau cuma ke kawahnya. wisata disekitarnya tuh banyak!

ada yang mulai betah
Kawah wurung, menurut penjelasan teman saya artinya kawah yang wurung (tidak jadi). Disebut demikian karena ada cekungan ditengah bukit itu tadi yang menyerupai kawah. Tapi tidak jadi, malah ditumbuhi rerumputan hijau yang merata bak savana itu.


Pemanasan sebelum mendaki tanjakan cinta, main dulu! :3
Kalau pada post sebelumnya saya bilang ada pemandangan seperti bukit teletubbies yang bisa dilihat saat perjalan turun dari Kawah Ijen, maka Kawah Wurung inilah yang saya maksud. Saya juga baru tau setelah sampai lokasi, teman saya yang bilang "Ini lah bukit yang kita lihat dari atas tadi". Orang-orang disana menyebutnya demikian (bukit teletubbies). Kalau Anda berencana berwisata ke Kawah Ijen, pulangnya jangan lupa mampir ke Kawah Wurung ini. Letaknya tidak jauh, sekitar 20-30 menit berkendara ke arah Sempol, Bondowoso. Saya turun dari Kawah Ijen sekitar jam 8, sarapan sebentar kemudian lanjut ke Kawah Wurung, sekitar jam 9 saya sudah sampai.

mau nunjukin tempat istirahat tapi ga muat. foto ni dibuat separuh-separuh, kayak separuh aku dan aku (iya, muka ku semua) tapi jadinya ga bagus, soalnya kata mbak ratih senyum dan tatapanku di foto kedua ga simetris sama yang pertama (abis pindah tempat, ga inget waktu di posisi pertama alisnya diangkat berapa derajat ke arah barat daya)
Rute perjalanan masih ciri khas pegunungan yang naik-turun dan berkelok, mobil-mobil sebenarnya bisa masuk kesana. Cuma memang saat dari berbelok ke kiri dari jalan utama dan menuju Kawah Wurung, jalanan belum beraspal, masih tanah dan banyak sekali bebatuan besar, susah sekali rasanya berkendara, apalagi ketika berpapasan dengan kendaraan lain, yang satu harus mengalah. Kadang temen juga harus turun dari mobil untuk mengatur kendaraan yang mau lewat, apalagi pas di tikungan. Jalan dan bebatuan besar dan menanjak ini sering kali jadi kendala, pada saat saya kesana untung masih bisa. Masih pagi dan belum banyak pengunjung. Tapi mobil teman saya yang satu rombongan (tapi terpisah) dengan Totoya Rush nya tidak bisa melanjutkan perjalanan dan harus berbalik. Begitu juga pas perjalanan pulang, kami banyak berpapasan dengan mobil-mobil lain, banyak yang bertanya : apakah bisa naik keatas? Kami jawab bisa, tapi memang beberapa kendaraan disuruh putar-balik sama petugas, tapi kami tidak yakin betul itu kenapa.
Bukan Prewed.  Jadi kalian para jomblo jangan pada baper ya, ini bukan prewed!
Sekali lagi bukan prewed, just enjoy the moment. the view, the atmosphere
Saya lupa tiket masuk Kawah Wurung berapa, tapi sepertinya 5k (kalo ga salah) per orang. Disana ada toilet dan sebuah warung, langsung pesen yang anget-anget setelah kedinginan betul dari Ijen. Untung saya sempat berganti baju dan sudah agak lebih hangat. Setelah beristriahat sejenak, kami mulai menanjak. Iya, ada tanjakan untuk mencapai puncak. Namanya tanjakan cinta, dinamai demikian kenapa ya? Saya rasa tidak ada bentuk-bentuk cintanya. Apakah karena jalan pendakian itu lurus terus sampai ke atas dan di kanan dan kirinya ada padang ilalang? Mungkin cocok buat foto-fotoan romantis-romatisan? Entahlah~ Atau karena jalannya yang serupa garis lurus itu? Jadi perlu keteguhan untuk mendakinya? *yang ada paling kelelahan #ehh Jalan lurus? Tapi bahkan perjalanan cinta kita kan ga ada yang bener-bener lurus dan mulus, paling belok-dikit apa jalannya ada gronjal-gronjalnya dikit, biar gurih #ehh

Nah, ini dia mbak ratih yang udah ambil gambar2 yang saya post ini. Dan yang di belakang itu, Tanjakan Cinta.
*Jangan tanya alis saya yang kiri itu naik berapa derajat ya, yang jelas itu asli, bukan gambaran dan ga akan luntur meski dipakai wudhu berkali-kali #tsaaaahh
Tanjakan itu ga begitu jauh kok, cukup 15 menit saja kami sudah sampai atas. Dan, wow, ternyata emang pemandangannya memang sangat indah. Bukit-bukit itu luas dan berjajar, diselimuti padang rumput hijau, yang terlihat halus. Diatas ada menara pandang, jika mau liat pemandangan dari atas. Saya naik sih, cuma tidak mengambil gambar, kaki saya sudah lemas begitu sampai diatas. Iya, saya sebenarnya takut ketinggian tapi kadang suka maksa, yang penting tiap tangga demi tangga baca bismilah, istighfar, ya salaamu. Setelah baca-baca juga, ternyata puncaknya, disebut bukit cincin. Tapi saya tidak sempat kesana, karena sudah ditunggu untuk perjalanan selanjutnya ke Niagara Kecil, bondowoso ^_^

Yang katanya mau jadi kawah, udah nunggu lama, tapi gak jadi. Tapi udah move on kepada rumput hijau dan pepohonan.
Hmm, kok rasanya kayak yang udah nunggu lama, katanya mau dihalalin, tapi gak jadi.
#kamujanganbaper loh ya, bukan kamu kok, bukan. Mungkin temennya temen dari temennya temenmu, #ehh

So, kalau ke Ijen, mampir Kawah Wurung ya! 

Selamat berperjalanan!

You Might Also Like

0 comments

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe