Tentang Angin yang menyelimuti Bhumi
Sabtu, Maret 04, 2017
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengikuti challenge di Instagram dari @pecandubuku da @eigeradventure untuk menulis surat untuk februari 2017. Tentu saja, surat itu bisa berisi apa saja, diperuntukkan kepada siapa saja, bertema apa saja, selama itu adalah ungkapan perasaan kita, dalam hal apapun itu. Lagi-lagi, berbicara soal rasa. Berikut beberapa tulisan yang sempat saya tulis, tidak ada salahnya saya tuliskan,
(1) Surat dari Bhumi untuk Angin
Selamat datang, Februari. Kali ini kau benar-benar menyapaku dengan dingin, tapi ijinkan aku menyuratimu dengan hangat.
.
Kau masih ingat Angin? Gadis yang menguasai pemikiranku selama ini. Aku harap suatu saat dia sadar betapa senyumnya itu bisa meluaskan perasaan bahagiaku. Dan betapa setitik air matanya bisa menggaduhkan pikiranku.
.
"Ihh, jangan dikunyah gitu! Nanti nempel semua di gigi!" Itulah percakapan kami di hari pertama Februari, setelah ia memberiku sebatang coklat almond yg langsung ku makan, aku kunyah dan dia marah.
.
"Kalau ga dikunyah ga kerasa coklatnya, apa bedanya sama permen!" Jawabku tersenyum.
.
Angin akhir2 ini lebih sering menyapa, tapi lebih banyak garangnya. Ia kencang menghempas, tidak jarang disertai hujan. Apa ia sedang marah? Sampai perkara mengunyah coklat saja bisa buat dia kesal sekali. Tak kusangka pula dia akan pedulikan noda coklat yg melekat di gigi yg jarang meringis ini.
.
Februari, kau adalah bulan ketiga sejak aku menemukan gadis ini. Sudah ku lakukan banyak cara untuk mempelajari isi hatinya, tapi susah sekali. Ia suit ditebak. Kadang sejuk, kadang dingin, mendadak beku. Tapi kadang bisa panas juga.
.
Angin selalu suka hujan-hujanan. Katanya dia bisa menyatu dengan hujan. Untuk apa? Merobohkan pepohonan? Gadis itu menepuk bahuku, dia mengelak "Enak saja bilang begitu, aku suka hujan karena hujan itu menenangkan. Aku bisa mengingat apapun sebebasnya. Tanpa ada ganggu, selamanya dipikiranku". Apa? Siapa yg kau kenangkan? Siapa yg menempati seluruh pikiranmu? Tapi, kau juga telah memenuhi seluruh hatiku, Angin.
.
"Ah, sok puitis, bilang aja ujan-ujanan biar bisa bebas nangis!" ledekku.
.
"Ihh, Bhumi! Nggak gitu!" Dia teriak, mukanya merah, tapi bagiku manis. Angin selalu manis. Dan aku selalu menjadi Bhumi, yang dihempas Angin.
.
Di harimu ke dua empat, gadis itu akan merayakan hari pertemuannya dgn bumi. Mau kau bantu aku, Feb? Mari kita bikin sesuatu yang manis untk Anginku. Mari kita buang jauh-jauh rintik hujan dari mata Angin. Aku mau Angin menjadi sejuk seperti yg kurasa di gunung. Sejuk yang ajaib.
(2) Surat dari Bhumi untuk Angin
Teruntuk Fabriarhischa.
.
Aku mengenalmu dengan nama Februari, krn saat kita berkenalan, aku kesulitan menyebut namamu. Kau bilang "It means February. So, just call me February". Tp mulai saat itu kau memanggilku Desember, sial, padahal aku lahir bulan April. Kau selalu lakukan semaumu.
.
Kita sama2 solo traveling saat itu. Yah, begitulah aku dulu. Bepergian terombang-ambing brsma angin. Brsma diriku. Tp kau trs tersenyum mengajakku berpetualang meski pribadi kt berbeda.
.
Kau gadis periang, cerewet, namun menyenangkan. Mudah sekali berteman dgn org yg br kau temui, trmsuk perempuan pendiam ini: Aku.
.
Tak jarang kau jg jd pusat perhatian bnyk org. Smntra aku hny asik berkhayal sendirian. Tak pernah mau kau ajak berbaur. Maafkan, diri yg terlampau egois ini, yg hny bisa terpusat pada diriku, duniaku. Dunia sepi yg hny berputar ttg aku dan aku. Sendiri.
.
"Kau hrs berdiri dan melupakan masa lalu, Angin!" Aku ingat kau prnh membentakku dgn kalimat itu. Aku mengangkat dagu, semudah itu kau bilang? Masa lalu ku cuma satu. Tunggu, Tirta bukan masa lalu. Kasihku itu, selamanya dlm pikiran. Bagaimana aku bisa melupakan bola mata yg harusnya bisa kupandangi setiap hari? Hidupku terhenti bersama sekar yg ditaburkan di pusara pemilik binar mata paling bening itu.
.
Wkt itu aku kesal sekali. Kau datang serupa angin yg bgtu kencang, merubuhkan rumah-rumah kenanganku.
.
Tp kau trs mengatakan bhw hidup tak boleh berhenti dgn cara srpti ini. Kau trs memarahi aku, memberanikan aku utk bertemu dunia lg. Kau bilang, hidup itu pnuh kjutan. Dan perjalanan bukan sj ttg kemana atau dgn siapa, tp apa sj pelajaran yg bs kita dptkan. Yang ditinggalkan hrs melanjutkan kehidupan. Prlu kau ktahui, kini aku tengah merajut mimpi2ku lg.
.
Terimakasih Februari,
Maafkan krn ucapan terima kasih ini hny dpt tertulis dlm surat, sulit rasanya mengutarakan semua ini secara langsung padamu, kan kau tau aku,Feb? Bgmn aku terlalu gengsi utk bermanis-manis spt ini. Terimaksh Februari, yg sejak bertemu kau, tak tahu sdh brp bunga yg kau tanam dlm pikranku. Bahagiaku meluas dgn kamu.
.
Aku merindukanmu, kawan. Sangat. Seperti Februari merindukan 29.
(4) Surat dari Angin untuk Bhumi
Kepada Bhumi yang diselimuti Angin.
.
.
Kudengar kau bertanya-tanya, apa saja yang kubawa ketika aku berhembus hingga menghempas dirimu?
.
Maaf.
.
Harus kusampaikan dalam surat, karena aku tak yakin mampu mengatakan langsung semua ini padamu. Takut ada hujan datang dari arah mata Angin.
.
Aku membawa kenangan. Aku menyatu dengan hujan. Aku membawa air. Aku membawa titik-titik embun. Sejatinya aku membawa kesejukan, tapi telah berlama-lama membawa air mata Angin. Aku mengenang Tirta.
.
Segara Tirta. Nama yang biasa kuteriakkan dulu, nama yang kupanggil bila aku ketakutan, bila aku bersedih, tertawa, bahagia, sakit ataupun senang.
.
Tirta sudah lama pergi. Setahun ini aku hanya dapat meneriakkan namanya dalam hati. Sampai aku bertemu Februari, menyadarkan aku bahwa sakit yang merenggut Tirta adalah takdir Tuhan, tak ada yang bisa dipersalahkan.
.
Aku menemani hari-harinya. Aku melihat badan yang kian kurus, mata yang kian sayu. Bola mata paling bening itu menjadi redup. Hatiku remuk. Aku genggam tangannya erat-erat, aku katakan: Kau harus kuat. Namun nyatanya, aku yang tak kuat.
.
Bhumi, aku adalah orang yang ditinggalkan. Aku sedang beranjak, tapi semua kenangan tak bisa begitu saja hilang. Maka kau mungkin berpikir aku ini suit ditebak, orang yang kadang begini, kadang begitu. Kadang tandus, kadang basah karena hujan.
.
Maafkan membuatmu bingung. Terimakasih kau selalu menemukan aku meski aku sedang murung. Bhumi, semoga pada pertemuan kita esok, kita masih bisa berbincang dan bercanda seperti biasa, mendiskusikan kehidupan sepengetahuan kita.
.
Dariku,
.
Angin.
Kepadamu,
.
Aku hanya ingin berbagi.
.
Setiap manusia memiliki masa lalu. Dan semua masa lalu itulah yang membentuk seseorang menjadi seperti sekarang. Seperti dirimu yang masih kucoba untuk kukenali dengan baik. Dan semoga akan lebih baik.
.
Aku senang kau sudah mencoba berdamai, karena kurasa menolak dan menyangkal bukanlah pilihan yang tepat. Aku senang kau telah dapat menerima dengan lapang. Masa lalu itu, memang tidak dapat kita lupakan sepenuhnya. Tapi bisa jadi pembelajaran yang baik untuk kita sekarang dan masa-masa yang akan datang.
.
Selamat menyambut hari yang baru, selamat berbenah dan menata kembali yang telah sempat kau tinggalkan. Rapikan lagi buku-buku yang sudah jarang kau sentuh. Mari menjelajahi dunia yang lebih banyak lagi.
.
Kau tau? Aku berharap semoga ada kesempatan untuk mengajakmu menyeruput teh hangat setiap pagi. Kau pasti tahu maksudku(?) Kalau tidak.. Baiklah, lain kali akan ku coba membuatnya romantis.
.
Tentang pertemuan kita esok, kau tak perlu cemas. Kau masih bisa bebas mengomentari apapun tentang aku semaumu, termasuk lekat coklat lagi di gigiku.
.
Mari, menjadi manusia yang lebih baik lagi.
.
Salam,
Bhumi.
Beberapa hari timeline dihiasi tulisannya mbak Retchy Jabang Saputri yang konon katanya bikin yang baca sesenggukan.
.
Begini, cerita macam itu sudah lumayan lumrah dan memang banyak terjadi. Begitulah, jika pacar-pacaran tapi bapernya kebangetan. Status pacar itu tidak ada daya mengikat apapun. Jadi jangan heran, kalau endingnya seperti yang dialami mbak Retchy.
.
So, sebenernya feni ini mau ngomong apasih? Engga ada. Cuma jadi inget aja tulisan lama saya, tapi dulu entah nulisnya pas kenapa dan dapat inspirasi darimana. Lupa. Berikut tulisannya, mungkin cocok sama mbak Retchy.
.
*
Adalah malam yang dingin yang menyapu ingatan, memilih-milih mana yang ingin diputar. Mulai saling mengenang dalam keheningan kita didepan dua cangkir kopi.
.
Membicarakan yang dulu dan sekarang memang tak kan ada habisnya. Begitu juga menyoal aku dan kamu. Takkan selesai meski kopi di cangkir kesepuluhmu sudah habis.
Aku memang keras. Sekeras batu. Baik kepala dan hatiku.
.
“Kamu ini mau kemana?” Tanyamu keras. Setelah memberiku secarik kertas tebal berisi tanggal pernikahan dengan begitu tega, tanpa rasa iba. Aku diam tak menjawab, malah mempercepat langkah, memperlebar jangkah. Aku sial mengenalmu.
.
Aku masih belum mengerti mengapa usaha kerasku begitu mudah saja dihempaskan olehmu. Dalam kurun waktu sewindu, aku tidak lemah menunggu. Aku menguat sampai hatiku mengeras.
.
Hidup mengajarkan banyak hal, supaya kamu dapat belajar menjadi bijak, bukan sok bijak.
.
Mengapa kamu menasehati? Jika yang bisa kau beri adalah segumpal perasaan kecewa lengkap dengan luka yang menganga.
.
Loc : Gunung Ijen |
Selamat datang, Februari. Kali ini kau benar-benar menyapaku dengan dingin, tapi ijinkan aku menyuratimu dengan hangat.
.
Kau masih ingat Angin? Gadis yang menguasai pemikiranku selama ini. Aku harap suatu saat dia sadar betapa senyumnya itu bisa meluaskan perasaan bahagiaku. Dan betapa setitik air matanya bisa menggaduhkan pikiranku.
.
"Ihh, jangan dikunyah gitu! Nanti nempel semua di gigi!" Itulah percakapan kami di hari pertama Februari, setelah ia memberiku sebatang coklat almond yg langsung ku makan, aku kunyah dan dia marah.
.
"Kalau ga dikunyah ga kerasa coklatnya, apa bedanya sama permen!" Jawabku tersenyum.
.
Angin akhir2 ini lebih sering menyapa, tapi lebih banyak garangnya. Ia kencang menghempas, tidak jarang disertai hujan. Apa ia sedang marah? Sampai perkara mengunyah coklat saja bisa buat dia kesal sekali. Tak kusangka pula dia akan pedulikan noda coklat yg melekat di gigi yg jarang meringis ini.
.
Februari, kau adalah bulan ketiga sejak aku menemukan gadis ini. Sudah ku lakukan banyak cara untuk mempelajari isi hatinya, tapi susah sekali. Ia suit ditebak. Kadang sejuk, kadang dingin, mendadak beku. Tapi kadang bisa panas juga.
.
Angin selalu suka hujan-hujanan. Katanya dia bisa menyatu dengan hujan. Untuk apa? Merobohkan pepohonan? Gadis itu menepuk bahuku, dia mengelak "Enak saja bilang begitu, aku suka hujan karena hujan itu menenangkan. Aku bisa mengingat apapun sebebasnya. Tanpa ada ganggu, selamanya dipikiranku". Apa? Siapa yg kau kenangkan? Siapa yg menempati seluruh pikiranmu? Tapi, kau juga telah memenuhi seluruh hatiku, Angin.
.
"Ah, sok puitis, bilang aja ujan-ujanan biar bisa bebas nangis!" ledekku.
.
"Ihh, Bhumi! Nggak gitu!" Dia teriak, mukanya merah, tapi bagiku manis. Angin selalu manis. Dan aku selalu menjadi Bhumi, yang dihempas Angin.
.
Di harimu ke dua empat, gadis itu akan merayakan hari pertemuannya dgn bumi. Mau kau bantu aku, Feb? Mari kita bikin sesuatu yang manis untk Anginku. Mari kita buang jauh-jauh rintik hujan dari mata Angin. Aku mau Angin menjadi sejuk seperti yg kurasa di gunung. Sejuk yang ajaib.
(2) Surat dari Bhumi untuk Angin
Loc : Waduk Bajul Mati |
.
Aku mengenalmu dengan nama Februari, krn saat kita berkenalan, aku kesulitan menyebut namamu. Kau bilang "It means February. So, just call me February". Tp mulai saat itu kau memanggilku Desember, sial, padahal aku lahir bulan April. Kau selalu lakukan semaumu.
.
Kita sama2 solo traveling saat itu. Yah, begitulah aku dulu. Bepergian terombang-ambing brsma angin. Brsma diriku. Tp kau trs tersenyum mengajakku berpetualang meski pribadi kt berbeda.
.
Kau gadis periang, cerewet, namun menyenangkan. Mudah sekali berteman dgn org yg br kau temui, trmsuk perempuan pendiam ini: Aku.
.
Tak jarang kau jg jd pusat perhatian bnyk org. Smntra aku hny asik berkhayal sendirian. Tak pernah mau kau ajak berbaur. Maafkan, diri yg terlampau egois ini, yg hny bisa terpusat pada diriku, duniaku. Dunia sepi yg hny berputar ttg aku dan aku. Sendiri.
.
"Kau hrs berdiri dan melupakan masa lalu, Angin!" Aku ingat kau prnh membentakku dgn kalimat itu. Aku mengangkat dagu, semudah itu kau bilang? Masa lalu ku cuma satu. Tunggu, Tirta bukan masa lalu. Kasihku itu, selamanya dlm pikiran. Bagaimana aku bisa melupakan bola mata yg harusnya bisa kupandangi setiap hari? Hidupku terhenti bersama sekar yg ditaburkan di pusara pemilik binar mata paling bening itu.
.
Wkt itu aku kesal sekali. Kau datang serupa angin yg bgtu kencang, merubuhkan rumah-rumah kenanganku.
.
Tp kau trs mengatakan bhw hidup tak boleh berhenti dgn cara srpti ini. Kau trs memarahi aku, memberanikan aku utk bertemu dunia lg. Kau bilang, hidup itu pnuh kjutan. Dan perjalanan bukan sj ttg kemana atau dgn siapa, tp apa sj pelajaran yg bs kita dptkan. Yang ditinggalkan hrs melanjutkan kehidupan. Prlu kau ktahui, kini aku tengah merajut mimpi2ku lg.
.
Terimakasih Februari,
Maafkan krn ucapan terima kasih ini hny dpt tertulis dlm surat, sulit rasanya mengutarakan semua ini secara langsung padamu, kan kau tau aku,Feb? Bgmn aku terlalu gengsi utk bermanis-manis spt ini. Terimaksh Februari, yg sejak bertemu kau, tak tahu sdh brp bunga yg kau tanam dlm pikranku. Bahagiaku meluas dgn kamu.
.
Aku merindukanmu, kawan. Sangat. Seperti Februari merindukan 29.
.
(3) Surat dari February untuk Angin dan Bhumi
Untuk Angin yang ada di Bumi.
.
Hai! Mungkin kalian heran karena aku menulis satu surat sekaligus untuk kalian. Mau bagaimana lagi, kalian menyuratiku hampir di waktu yang bersamaan. Bhumi, kau pasti kaget karena aku mengenal angin kan? Haha
.
Angin, apa kabar? Aku senang akhirnya kau bisa berdamai dengan masa lalu dan melanjutkan hidupmu. Merajut lagi mimpi-mimipu. Aku juga sangat sangat merindukanmu, seperti matahari merindukan bulan. Maafkan, diri belum bisa menemuimu dalam waktu dekat ini.
.
Kau juga menyenangkan, Agin, meski pendiam, kaulaj yang paling perhatian. Iya kan, Bhumi? Sampai urusan coklat mekat di gigi saja bisa diperkarakan oleh Angin. Aku senang angin, melihatmu seperti sekarang. Terimakasih juga telah menjadikanku bagian dari kebahagiaanmu. Semoga kau dapat segera bertemu seseorang yang akan membawamu ke masa depan. Aku rindu, sungguh rindu.
.
Dan untukmu Bhumi, aku terima suratmu dengan baik. Aku mengerti maksudmu dan akan kubantu sebisaku 👼 Oh ya, bukan aku dingin, hanya saja Hujan sedang senang2nya menemaniku setiap hari. Maaf membuatmu merasa kedigingan. Angin tidak sedang marah, Bhumi, seperti yang kubilang, Angin memang perhatian.
.
Mengenai siapa yang dikenangkan Angin, mungkin Angin sendiri yang akan bercerita, sepertinya ia sudah siap, ya kan, Angin?
.
Angin, Bhumi, kalian berdua sahabatku ❤
Semoga kita dapat segera bertemu diwaktu yang baik.
.
Dariku, Februari.
Loc : Taman Nasional Baluran |
.
Hai! Mungkin kalian heran karena aku menulis satu surat sekaligus untuk kalian. Mau bagaimana lagi, kalian menyuratiku hampir di waktu yang bersamaan. Bhumi, kau pasti kaget karena aku mengenal angin kan? Haha
.
Angin, apa kabar? Aku senang akhirnya kau bisa berdamai dengan masa lalu dan melanjutkan hidupmu. Merajut lagi mimpi-mimipu. Aku juga sangat sangat merindukanmu, seperti matahari merindukan bulan. Maafkan, diri belum bisa menemuimu dalam waktu dekat ini.
.
Kau juga menyenangkan, Agin, meski pendiam, kaulaj yang paling perhatian. Iya kan, Bhumi? Sampai urusan coklat mekat di gigi saja bisa diperkarakan oleh Angin. Aku senang angin, melihatmu seperti sekarang. Terimakasih juga telah menjadikanku bagian dari kebahagiaanmu. Semoga kau dapat segera bertemu seseorang yang akan membawamu ke masa depan. Aku rindu, sungguh rindu.
.
Dan untukmu Bhumi, aku terima suratmu dengan baik. Aku mengerti maksudmu dan akan kubantu sebisaku 👼 Oh ya, bukan aku dingin, hanya saja Hujan sedang senang2nya menemaniku setiap hari. Maaf membuatmu merasa kedigingan. Angin tidak sedang marah, Bhumi, seperti yang kubilang, Angin memang perhatian.
.
Mengenai siapa yang dikenangkan Angin, mungkin Angin sendiri yang akan bercerita, sepertinya ia sudah siap, ya kan, Angin?
.
Angin, Bhumi, kalian berdua sahabatku ❤
Semoga kita dapat segera bertemu diwaktu yang baik.
.
Dariku, Februari.
(4) Surat dari Angin untuk Bhumi
Loc : Pantai Brangsing |
Kepada Bhumi yang diselimuti Angin.
.
.
Kudengar kau bertanya-tanya, apa saja yang kubawa ketika aku berhembus hingga menghempas dirimu?
.
Maaf.
.
Harus kusampaikan dalam surat, karena aku tak yakin mampu mengatakan langsung semua ini padamu. Takut ada hujan datang dari arah mata Angin.
.
Aku membawa kenangan. Aku menyatu dengan hujan. Aku membawa air. Aku membawa titik-titik embun. Sejatinya aku membawa kesejukan, tapi telah berlama-lama membawa air mata Angin. Aku mengenang Tirta.
.
Segara Tirta. Nama yang biasa kuteriakkan dulu, nama yang kupanggil bila aku ketakutan, bila aku bersedih, tertawa, bahagia, sakit ataupun senang.
.
Tirta sudah lama pergi. Setahun ini aku hanya dapat meneriakkan namanya dalam hati. Sampai aku bertemu Februari, menyadarkan aku bahwa sakit yang merenggut Tirta adalah takdir Tuhan, tak ada yang bisa dipersalahkan.
.
Aku menemani hari-harinya. Aku melihat badan yang kian kurus, mata yang kian sayu. Bola mata paling bening itu menjadi redup. Hatiku remuk. Aku genggam tangannya erat-erat, aku katakan: Kau harus kuat. Namun nyatanya, aku yang tak kuat.
.
Bhumi, aku adalah orang yang ditinggalkan. Aku sedang beranjak, tapi semua kenangan tak bisa begitu saja hilang. Maka kau mungkin berpikir aku ini suit ditebak, orang yang kadang begini, kadang begitu. Kadang tandus, kadang basah karena hujan.
.
Maafkan membuatmu bingung. Terimakasih kau selalu menemukan aku meski aku sedang murung. Bhumi, semoga pada pertemuan kita esok, kita masih bisa berbincang dan bercanda seperti biasa, mendiskusikan kehidupan sepengetahuan kita.
.
Dariku,
.
Angin.
(4) Surat dari Angin untuk Bhumi
Loc : Watu Dodol |
.
Aku hanya ingin berbagi.
.
Setiap manusia memiliki masa lalu. Dan semua masa lalu itulah yang membentuk seseorang menjadi seperti sekarang. Seperti dirimu yang masih kucoba untuk kukenali dengan baik. Dan semoga akan lebih baik.
.
Aku senang kau sudah mencoba berdamai, karena kurasa menolak dan menyangkal bukanlah pilihan yang tepat. Aku senang kau telah dapat menerima dengan lapang. Masa lalu itu, memang tidak dapat kita lupakan sepenuhnya. Tapi bisa jadi pembelajaran yang baik untuk kita sekarang dan masa-masa yang akan datang.
.
Selamat menyambut hari yang baru, selamat berbenah dan menata kembali yang telah sempat kau tinggalkan. Rapikan lagi buku-buku yang sudah jarang kau sentuh. Mari menjelajahi dunia yang lebih banyak lagi.
.
Kau tau? Aku berharap semoga ada kesempatan untuk mengajakmu menyeruput teh hangat setiap pagi. Kau pasti tahu maksudku(?) Kalau tidak.. Baiklah, lain kali akan ku coba membuatnya romantis.
.
Tentang pertemuan kita esok, kau tak perlu cemas. Kau masih bisa bebas mengomentari apapun tentang aku semaumu, termasuk lekat coklat lagi di gigiku.
.
Mari, menjadi manusia yang lebih baik lagi.
.
Salam,
Bhumi.
(5) Kalau ini bukan surat untuk Februari, tapi hanya sebuah tulisan kecil. Tulisan untuk jiwa-jiwa yang ditinggalkan #ehh
Pic source : worldtravelig |
Beberapa hari timeline dihiasi tulisannya mbak Retchy Jabang Saputri yang konon katanya bikin yang baca sesenggukan.
.
Begini, cerita macam itu sudah lumayan lumrah dan memang banyak terjadi. Begitulah, jika pacar-pacaran tapi bapernya kebangetan. Status pacar itu tidak ada daya mengikat apapun. Jadi jangan heran, kalau endingnya seperti yang dialami mbak Retchy.
.
So, sebenernya feni ini mau ngomong apasih? Engga ada. Cuma jadi inget aja tulisan lama saya, tapi dulu entah nulisnya pas kenapa dan dapat inspirasi darimana. Lupa. Berikut tulisannya, mungkin cocok sama mbak Retchy.
.
*
Adalah malam yang dingin yang menyapu ingatan, memilih-milih mana yang ingin diputar. Mulai saling mengenang dalam keheningan kita didepan dua cangkir kopi.
.
Membicarakan yang dulu dan sekarang memang tak kan ada habisnya. Begitu juga menyoal aku dan kamu. Takkan selesai meski kopi di cangkir kesepuluhmu sudah habis.
Aku memang keras. Sekeras batu. Baik kepala dan hatiku.
.
“Kamu ini mau kemana?” Tanyamu keras. Setelah memberiku secarik kertas tebal berisi tanggal pernikahan dengan begitu tega, tanpa rasa iba. Aku diam tak menjawab, malah mempercepat langkah, memperlebar jangkah. Aku sial mengenalmu.
.
Aku masih belum mengerti mengapa usaha kerasku begitu mudah saja dihempaskan olehmu. Dalam kurun waktu sewindu, aku tidak lemah menunggu. Aku menguat sampai hatiku mengeras.
.
Hidup mengajarkan banyak hal, supaya kamu dapat belajar menjadi bijak, bukan sok bijak.
.
Mengapa kamu menasehati? Jika yang bisa kau beri adalah segumpal perasaan kecewa lengkap dengan luka yang menganga.
.
(6) Kalau ini bukan surat untuk Februari, tapi hanya sebuah tulisan kecil untuk seorang wanita
Teruntuk semua wanita di penjuru negeri,
Ya, kita adalah wanita. Tapi kita tetaplah individu. Punya hati, perasaan dan pemikiran sendiri. Maka dari itu, kita harus bisa berdiri sendiri.
.
Saya mendukung setiap wanita untuk dapat menjadi wanita yang independen. Bisa mandiri dan menjalani kehidupan sendiri. Hidup harus realistis, tidak dapat diasumsikan seperti cerita putri di negeri dongeng. Ketemu pangeran. Menikah. Bahagia selamanya. Selesai.
.
Katakanlah seorang wanita sangat yakin terhadap pasangannya, tapi ini juga perlu didukung dengan perencanaan kedepan. Setiap kemungkinan harus diperhitungkan.
.
Berapa banyak wanita yang bertahan disakiti, dipermainkan, dipukuli, direndahkan, dihianati, karna sudah terlalu menggantungkan kehidupan pada si lelaki. Kalau pisah, bagaimana menjalani kehidupan? Bagaimana sekolahnya anak-anak? Bagaimana menghidupi anak-anak?
.
Ladies, kumohon, jangan lemah. Ingat betapa R.A Kartini memperjuangkan hak-hak kita?
.
Kita memang harus positive thinking tapi bukan berarti kita abai terharap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Bahkan Ayah saya selalu bilang : Nak, kamu harus mandiri. Jangan bergantung pada orang lain. Jangan pernah menggantungkan kehidupan pada orang lain. Kalau kamu jatuh, kamu harus bisa berdiri sendiri. Kalau orang itu hilang, kamu masih bisa berdiri. Kamu harus jadi anak yang kuat.
Loc : Candi Songo |
Teruntuk semua wanita di penjuru negeri,
Ya, kita adalah wanita. Tapi kita tetaplah individu. Punya hati, perasaan dan pemikiran sendiri. Maka dari itu, kita harus bisa berdiri sendiri.
.
Saya mendukung setiap wanita untuk dapat menjadi wanita yang independen. Bisa mandiri dan menjalani kehidupan sendiri. Hidup harus realistis, tidak dapat diasumsikan seperti cerita putri di negeri dongeng. Ketemu pangeran. Menikah. Bahagia selamanya. Selesai.
.
Katakanlah seorang wanita sangat yakin terhadap pasangannya, tapi ini juga perlu didukung dengan perencanaan kedepan. Setiap kemungkinan harus diperhitungkan.
.
Berapa banyak wanita yang bertahan disakiti, dipermainkan, dipukuli, direndahkan, dihianati, karna sudah terlalu menggantungkan kehidupan pada si lelaki. Kalau pisah, bagaimana menjalani kehidupan? Bagaimana sekolahnya anak-anak? Bagaimana menghidupi anak-anak?
.
Ladies, kumohon, jangan lemah. Ingat betapa R.A Kartini memperjuangkan hak-hak kita?
.
Kita memang harus positive thinking tapi bukan berarti kita abai terharap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Bahkan Ayah saya selalu bilang : Nak, kamu harus mandiri. Jangan bergantung pada orang lain. Jangan pernah menggantungkan kehidupan pada orang lain. Kalau kamu jatuh, kamu harus bisa berdiri sendiri. Kalau orang itu hilang, kamu masih bisa berdiri. Kamu harus jadi anak yang kuat.
0 comments
mari meninggalkan jejak :)