Solo Backpacker ke Surabaya 4 : Taman Bungkul

Senin, Agustus 15, 2016

4. Taman Bungkul

Hari kedua, setelah kondangan sebenarnya saya ingin ke Museum Mpu Tantular yang letaknya dekat dengan lokasi pernikahan teman saya, tapi, karena saya satu mobil barengan dengan yang lain, jadi ga bisa bebas mampir sesukanya. Dan disana tidak ada uber, atau grab atau go car atau go jek, jadi saya gatau bagaimana cara pulang sehingga saya putuskan ikut kembali ke Surabaya saja. Teman saya sih berhenti di CiTo alias City Of Tomorrow, tapi saya sama sekali tidak berminat ke Mall mengingat di Jakarta mall aja udah bejibun T.T
lagi-lagi, anak-anak di Surabaya suka sekali main air mancur

Ada bunderannya, kayak di bawah perahu ISI solo tapi lebih gede. Letaknya di pusat kota, Jl Darmo, pasti semua tau deh, ngehits banget katanya tu jalan, dan hotel Darmo itu katanya terkenal ahhaha 
tempat duduk unik yang dari kemaren dipakai berdua-duaan, percayalah saya sendirian tapi tidak apa apa kok
Masjid dan malam Ki Ageng Bungkul
Sampai hotel setelah beberapa menit bingung mau kemana sendiri, akhirnya saya memutuskan ke Taman Bungkul saja, bayangan saya sih mungkin akan seperti Taman Menteng, yaa, mirip-mirip dikit lah cuma agak sedikit lebih luas, ada warung makan yang berjajar banyak dan ada makam Ki Ageng Bungkul. Siapa sosok itu? Nama Mbah Bungkul ditemukan di Babad Ngampeldenta terbitan 2 Oktober 1901 yang naskah aslinya terdapat di Yayasan Panti Budaya Jogjakarta. Selain itu, juga ada Babad Risakipun Majapahit Wiwit Jumenengipun Prabu Majapahit Wekasan Dumugi Demak Pungkasan yang disimpan di Perpustakaan Reksopustoko Surakarta.

Ki Ageng Bungkul adalah seorang nayaka (keramat) kerajaan majapahit yang sangat tinggi ilmunya (kejawen) yang kemudian menjadi mertua Sunan Giri. Beliau sering berkonsultasi dengan Sunan Ampel mengenai masalah agama Islam sehingga kemudian masuk agama Islam. Ki Ageng Bungkul aslinya bernama Ki Supa, seorang ahli pembuat keris dari Tuban yang semula diminta oleh raja Brawijaya dari Majapahit untuk membuatkan sebilah keris yang bagus. Akan tetapi rupanya keris buatan Ki Supa kurang berkenan dihati raja Wijaya. Ki Supa yang merasa tugasnya telah selesai kemudian kembali pulang. Di perjalanan beliau tertarik pada tempat Bungkul hingga akhirnya menetap di tempat tersebut sampai dengan wafatnya. banyak orang yang berziarah ke makam Sunan Giri, singgah ke makam Ki Ageng Bungkul. (sumber)


Seperti kebanyakan taman, ada yang pertemuan komunitas, ada yang main tamiya, ada yang latihan menari, ada yang pacaran, ada juga yang sekedar bersantai dengan keluarga. Padahal saya kesana jam 1 siang loh, tapi udah ramai aja. Dan, tentu saja ada juga yang sendirian muter-muter taman dengan bawa tas dan tentengan dan masih berbaju kondangan : Itu Saya. Percayalah, saya biasa aja kok waktu itu.
ini saya yang sendiri, percayalah, saya BAKOH!
Oiya, pas mau jalan kesini saya melewati Kebun Binatang Surabaya yang kalo di peta kelihatannya luas banget, tapi saat itu saya lagi ga tertarik ke kebun binatang, jadi cuma lewat saja hehe. Dan ternyata patung Sura dan baya yang terkenal itu ternyata ada di persimpangan dekat Kebun Binatang Surabaya, hanya 1 lampu merah saja sebelum Taman Bungkul, ini dia tapi maaf blur dan gak keliatan apa-apa *lalu kenapa di posting* ahhaahahahah
pokoknya patung sura dan bayanya di seberang itu deket air mancur hahaha *air mancur lagi*

You Might Also Like

0 comments

mari meninggalkan jejak :)

Instagram

Subscribe